MACCANEWS– Calon anggota DPRD Wajo Dapil I Kecamatan Tempe, M.Arif Saleh, mengurai lebih dalam tentang akronim ‘MAS BRO’ yang digunakannya untuk kepentingan sosialisasi di Pemilu 2019 mendatang.
MAS BRO yang berarti M.Arif Saleh Bersama Rakyat Wajo, dinilai punya makna besar dan pertanggungjawaban. Berikut arti Mas Bro versi caleg nomor urut 7 dari Partai Nasdem ini melalui catatannya:
“Mas Bro,” sapa seorang pemuda di Kelurahan Atakkae saat saya bersalaman sebelum Shalat Isya, belum lama ini.
Kata ‘Mas Bro’ yang selama dua tahun terakhir memang lagi familiar untuk kalangan pemuda. Penyebutannya sangat simpel. Di saat bertatap muka langsung, maupun di dunia maya, kata ini sering terdengar dan terbaca.
Karena sangat familiar, seorang teman menyarankan menggunakan kata itu sebagai akronim untuk mempermudah saya memperkenalkan diri, terutama ke kalangan pemilih milennial.
Sambil berbincang ringan, kami menyepakati ‘Mas Bro’ sebagai salah satu akronim untuk kepentingan sosialisasi sekaligus sapaan ke saya. MAS berarti M.Arif Saleh, dan BRO kepanjangannya ‘Bersama Rakyat Wajo’.
Semenjak memperkenalkan ‘Mas Bro’, baik menyertakan di dalam berita, maupun di beberapa desain atribut di medsos, serta di alat peraga, tak sedikit sahabat, teman, atau warga yang baru saya kenali langsung menyapa dengan kata tersebut.
Sapaan ini juga pernah terdengar dari istri Bupati Wajo terpilih, Dr H Amran Mahmud, Hj Sitti Maryam, saat bertatap muka secara tidak sengaja. “Mariki’ Mas Bro,” sapanya kala itu yang saya balas dengan senyum dan kata terima kasih.
Sapaan Mas Bro, kini akrab di teman-teman saya. Begitu pun ketika bercengkrama dengan warga di kampung, mereka memanggil atau menyapa saya dengan kata itu. “Tegaki’ fole Mas Bro.” “Agar kareba Mas Bro.” “Mantap Mas Bro.”
Bagi saya pribadi, sapaan itu lebih nyaman dan bersahabat, dibanding jika ada warga yang menyapa saya dengan kata ‘pak’ atau ‘fung’. Dan untuk sapaan ‘fung’, selalu saya minta secara halus, “tolong jangan panggil saya dengan kata tersebut. Sapa saya dengan Mas Bro.”
Belum pantas saya disapa dengan kata ‘fung’. Apalagi jika yang menyebutnya ke saya adalah orang yang usianya lebih tua dari saya. Saya justru lebih senang jika ada orang yang lebih tua dari saya menyapa dengan kata “Ndi’,” “Nak,” “Anore,” “Sappo,” atau “Mas Bro”.
Pasca-Mas Bro jadi akronim, sebagian teman yang punya keahlian mendesain bahan sosialisasi, selalu menyertakan kalimat Mas Bro. Seperti beberapa logo yang saya sertakan di facebook.
Tapi terlepas penyebutannya sangat mudah dan familiar, Mas Bro tentu ada nilai dan tanggung jawab besar di dalamnya. Berani menyertakan nama lengkap plus membawa nama rakyat Wajo, merupakan bentuk komitmen mewakafkan diri ikut memajukan Wajo.
Kata “Bersama Rakyat Wajo”, bukan sekadar pemilihan kata semata. Akan tetapi, di dalamnya ada harapan besar ikut mewujudkan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Ada tekad selalu hadir di tengah-tengah rakyat.
Kelak atas izin Allah jika diamanahkan menjadi wakil rakyat, saya berkewajiban berjuang dan mengawal aspirasi rakyat bukan hanya di daerah pemilihan semata, melainkan secara umum untuk masyarakat Wajo. Karena itulah, dari awal menyertakan kata “Bersama Rakyat Wajo”.
“Bersama Rakyat Wajo” juga bisa dimaknai, bahwa tak ada yang mustahil jika kita selalu bersama. Saling bahu membahu, saling mengingatkan, saling menguatkan, dan berjuang bersama untuk masa depan anak-cucu kita, serta kemajuan tanah Wajo.
“Bersama Rakyat Wajo” bisa disebut sebagai istilah keren “Yassiwajori”. Yassiwajori MA’7 ridecengnge. Yassiwajori untuk selalu memegang pesan leluhur, sipakatau, sipakainge, sipakalebbi.
Senin, 19 November 2018
Salam Mas Bro