MACCANEWS- Debat Perdana telah usai. Sejumlah tanggapan beragam muncul. Gagasan-gagasan para kandidat telah diutarakan. Penguatan Karakter Sosial Berbasis Pembangunan Maritim Serta Pelayanan Publik Yang Berkeadilan menjadi tema utama pada debat yang dilangsungkan di Gedung Pertemuan Sinjai, Senin (23/04/2018) sore
Paslon nomor urut tiga yang bertagline TAKBIR, dalam paparannya tidak hanya menjelaskan program prioritas dan unggulannya, tapi juga memaparkan utama yang menyentuh unsur keagamaan.
Salah satu yang dikemukakan Takyuddin di hadapan para undangan adalah menjadikan Sinjai sebagai kota santri. Penetapan ini menjadi salah satu upaya mengembalikan citra Kabupaten Sinjai yang dikenal sebagai Bumi Panrita Kitta.
” Memang di Sinjai banyak pesantren. Tapi di mana keberpihakan pemerintah kepada santri-santri dan pesantren tersebut. Adakah support anggaran di institusi pembangunan mental generasi itu yang telah maksimal selama ini,?” ungkapnya saat ditemui setelah debat berlangsung.
“Inilah inti sari dari pernyataan saya terkait kota Santri. Bagaimana santri dan pesantren mendapat perhatian serius dari pemerintah. Adakah insentif kepada para penghafal Al quran, adakah kebijakan agar Islamic center yang belum selesai hingga kini bisa dirampungkan pembangunannya ? Bisakah Masjid Raya dijadikan ikon baru Sinjai dan menjadi bagian destinasi wisata religi di Kabupaten Sinjai ? Inilah masalah-masalah kita. Inilah yang juga kami siapkan kebijakannya saat diserahi kepercayaan oleh masyarakat Sinjai sebagai Bupati, ” bebernya.
Takyuddin menyebut soal keagamaan adalah soal utama yang tidak bisa ditawar-tawar. Ia mengatakan jalan tersebut sebagai upaya serius mengembalikan nuansa keagamaan yang mulai hilang.
” Kami mau ada satu penghafal di setiap desa dan kelurahan. Kami mau ada kegiatan keagamaan yang diprogramkan secara massif sampai di tingkat desan dan kelurahan. Bahkan kami pun mempersiapkan taman-taman bermain buat anak-anak di Masjid agar generasi-generasi emas ini selalu didekatkan dengan suasana masjid, ” ungkapnya.
Di closing statement saat debat, Takyuddin menyebut kalimat sarat makna. Mantan legislator ini mengharap jembatan dan jalan yang mulus tapi mental masyarakatnya juga bagus. ” Itulah tujuan akhirnya. Untuk apa pembangunan lancar tapi mental masyarakat hancur, ” jelasnya. (**)