MACCANEWS- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui hubungannya dengan Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menjadi alasan mengapa partainya tidak jadi bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi di Pilpres 2019.
Dia menyebutkan, dalam setiap pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dirinya selalu meyakini presiden ke-7 itu tulus mengajaknya bergabung dalam koalisi.
Bahkan keraguannya soal Demokrat bakal diterima partai koalisi lainnya terbantahkan lewat pernyataan Jokowi sendiri.
“Saya selalu bertanya, apakah kalau Demokrat ada dalam koalisi, partai-partai koalisi itu bisa terima kami? Ya bisa, karena presidennya saya,” ucap SBY menirukan percakapannya dengan Jokowi, dalam konferensi pers usai pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, di kediamannya, Kuningan, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Kendati demikian, dirinya tetap tidak yakin mengingat realitas hubungannya dengan Megawati yang belum pulih.
“Masih ada jarak, masih ada hambatan di situ,” ucapnya.
“Saya harus jujur, belum pulih, masih ada jarak,” tambahnya.
Upaya untuk berbaikan sudah dilakukan selama 10 tahun terakhir. Bahkan upaya tersebut dibantu oleh mendiang Taufik Kiemas, suami Megawati.
Menurut SBY, ketika semua upaya sudah dilakukan maka hanya takdir Tuhan YME yang seharusnya bekerja.
“Bukannya tidak ada kehendak, tapi Allah belum menakdirkan. Tuhan Yang Maha Esa belum menakdirkan hubungan kami kembali normal,” sebutnya.
Dia pun menyampaikan salam hormatnya kepada Megawati. Salah satunya karena beliau pernah menjadi Presiden RI dan juga presidennya.
“Saya menghormati beliau sebagai presiden saya dulu. Hormat saya kepada beliau,” tuturnya.
Konflik antara Megawati dengan SBY berawal dari niat SBY maju Pilpres 2004. Saat itu, Megawati menjabat sebagai presiden dan SBY menjabat Menko Polhukam.
Singkat cerita, SBY kemudian mundur sebagai menteri lalu mendeklarasikan Demokrat. SBY kemudian maju sebagai capres bersama Jusuf Kalla, kemudian memenangi Pilpres.
Sumber: kompas.com