MACCANEWS– Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah (NA) menggelar malam Ramah Tamah dengan peserta Kongres dan Seminar Nasional Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Kamis (25/10/2018). Adapun, Kongres ini dilakukan sekali tiga tahun.
Peserta seminar berasal dari seluruh pelosok Indonesia, termasuk ada 40 makalah dari peserta yang dipresentasikan para penulis selama seminar. Seminar membahas 20 Tahun Perjalanan Reformasi Indonesia 1998-2018″. Mengusung tema “Peran Strategis Sosiolog dalam Memperkuat Ketahanan dan Daya Saing Masyarakat Menuju Indonesia 2045”.
Nampak hadir pada malam ramah tamah ini Prof Dr Harjono Sujono, pendiri ISI dan Ketua Umum ISI pertama, Sekjen Sekjen ISI Pusat Dr Arie Sujito dan Ketua Panitia Seminar dan Kongres ISI Muhammad Iqbal Latief.
NA berharap bahwa para kaum intelektual ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi negeri. NA juga dalam sambutannya banyak menceritakan terkait upaya pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Bantaeng sebelum menjadi gubernur dan terkait rencana ke depan di Pemerintahan Provinsi Sulsel.
“Saya baru satu bulan menjabat. Saya mengatakan kita harus berani ngambil tanggung jawab. Saya sebenarnya menjadi bupati karena kecelakaan politik karena kami sesungguhnya tidak punya latar belakang politik,” kata Nurdin Abdullah.
Sebutnya, Ia harus mengelola Kabupaten Bantaeng, sebuah kabupaten dengan kondisi jika musim hujan maka akan kelebihan air hingga menyebabkan bajir dan pada saat musim kemarau akan kekeringan. Angka kemiskinan juga tinggi dan APBD yang kecil, menjadi tantangan baginya.
“Infrastruktur menjadi salah satu kendala,” sebutnya.
Sementara itu, ISI sendiri merupakan komunitas intelektual dan praktisi yang dapat menggali gagasan untuk menjawab dan menyesuaikan dengan kondisi perubahan zaman.
“Ilmuan sosial, praktisi dan pekerja sosial itu dibutuhkan, seiring dengan arus yang ada, percepatan pembangunan di Indonesia tentu butuh partnership agar program pembangunan masyarakat dapat berjalan,” sebutnya.
Arie Sujito juga mengamati dan menilai kepemimpinan NA sejak di Bantaeng, bahwa memimpin dengan inovatif serta menekankan pada penguatan ekonomi lokal dan kekuatan daerah.
Ia menyebutkan bahwa, NA sebagai dosen, tentu diawal cara berpikirnya sangat abstrak idealisme, namun NA dapat mengambil kesempatan untuk pemberdayaan masyarakat dengan masuk dibirokrasi pemerintahan.
“Tetapi idealisme yang dimiliki tidak cukup, kalau kita, tidak memanfaatkan struktur kesempatan untuk pemberdayaan. Karena itu, saya mengapresiasi ini karena tidak banyak intelektual itu masuk pada panggung kekuasaan untuk merubah keadaan paparnya,” sebut Nurdin Abdullah.
Sedangkan, Harjono Sujono, mengungkapkan telah lama memantau kinerja dari NA baik sebagai bupati dan gubernur saat ini.
“Sudah lama saya amati Pak Bupati ini, mulai dari Bantaeng, saya selidiki gubernur profesor ini, seperti apa polanya. Walaupun belum bertemu tetapi saya sudah berani menulis artikel tentang bupati yang hari ini jadi gubernur,” ungkap mantan Menteri Negara Kependudukan/Ketua BKKBN yang disambut tepuk tangan.
Pada kegiatan seminar, Ia akan memaparkan terkait sejarah perjalan program Keluarga Berencana di Indonesia yang digagasnya serta upaya penentasan kemiskinan. Serta peranan para sosiolog dalam masyarakat.
“Pada tahun 1980, kita menciptakan indikator keluarga sejahtera sebagai road map. Pada tahun 1997 ini berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 70 persen pada tahun 1970 menjadi 11 persen pada tahun 97 dan PBB memberikan penghargaan pada presiden,” paparnya.(*)