MACCANEWS- Bencana gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, Jumat (28/9/2018) lalu, masih tergambar jelas dibenak Ridawati, perempuan yang berusia 42 tahun ini merupakan salah seorang korban yang selamat dari goncangan yang meluluhlantakkan daerah Sulteng tersebut.
Saat ini, Ridawati bersama anaknya, Adelia, telah dirawat di rumah sakit Andi Makkasau, Kota Parepare, setelah berhasil dievakuasi oleh keluarganya.
Ditemui di ruang IGD RS Andi Makkasau, Ridawati menceritakan perjuangannya hingga dapat bertahan dari musibah tersebut. Wanita paruh baya ini mengaku, di Kota Palu, dirinya tinggal di Jalan Bayam, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat.
Saat itu, tepat Jumat, 28 September 2018, adzan Maghrib terdengar berkumandang di setiap sudut jalan kota. Ridawati yang duduk dan bercengkrama bersama tetangga di teras rumah, tiba-tiba merasakan guncangan dan getaran besar yang bertanda gempa melanda Palu.
Tak bisa berbuat apa-apa, Ridawati bersama warga lainnya terpontang-panting dari setiap dinding ke dinding lainnya. Guncangan dan gelombang tanah ia rasakan bersamaan, tanah dan lumpur jelas terlihat hancur luluh lantak. Hanya bisa pasrah menerima takdir Allah SWT.
Beruntung, anaknya, Adelia yang saat itu langsung merangkul dan memeluk ibunya (Ridawati), sambil memegang pondasi sebagai tempatnya berlindung. Karena saat itu, ia hanya berdua bersama anaknya.
Dua menit guncangan hebat yang melanda Kota Palu, mampu meluluhlantakkan bangunan kokoh dan area sekitarnya. Pasca gempa, Ridawati dan anaknya bertahan hidup di tanah lapang yang tak jauh dari rumahnya.
Hari kedua pasca bencana, bersama warga lainnya, Ridawati dan anaknya mengungsi ke area pegunungan, dataran tinggi menggunakan minibus milik tetangganya. Selama dua hari dua malam di pengungsian, beras dan air hujan menjadi satu-satunya pelepas dahaga dan lapar yang dimiliki.
Bantuan yang tak kunjung menyentuh para pengungsi, sempat membuat beberapa diantaranya berputus asa. Sampai akhirnya salah seorang menyarankan Ridawati, untuk mengambil bekal makanan di mini market terdekat.
Dua hari berbaring beralaskan tanah bersama anaknya, terbayarkan saat Ridawati bertemu dengan suaminya, Saharuna. Berkat keluarga yang datang menjemput dari Mamuju, Ridawati bersama suami dan anaknya dibawa ke Kota Parepare untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
“Hingga sekarang, saya sangat trauma. Tidak perlu keinginan lagi kembali ke Kota Palu,” ujar Ridawati, saat terbaring di ruang IGD RSUD Andi Makkasau. (Andi Fajar)