Oleh: Tjiptadinata Effendi
Menyerahkan pendidikan anak-anak kepada sekolah adalah sebuah kesalahan fatal, karena sebaik-baiknya sebuah rumah sekolah, pada prinsipnya rumah sekolah memiliki berbagai keterbatasan.
Sekolah pada kenyataannya adalah sebagai tempat anak-anak menimba ilmu pengetahuan, sementara mengenai pendidikan yang diperoleh di rumah sekolah hanya sebatas tata tertib dan kesantunan di dalam kelas dan lingkup sekolah.
Seorang guru, mustahil memiliki waktu untuk memahami masing-masing anak muridnya secara pribadi, karena dalam satu kelas ada lebih dari 20 orang murid yang harus mendapatkan perhatian yang sama.
Pendidikan di rumah Bersifat Multidimensional
Mulai sejak pagi, anak-anak sudah dididik untuk merapikan sendiri kamar tidurnya, menjaga kebersihan diri dengan jalan mengosok gigi dan mandi, kemudian duduk dengan sopan di meja makan untuk sarapan.
Mengucapkan terima kasih kepada ibunda yang sudah mempersiapkan makan pagi, kemudian bagaimana cara makan yang santun, yakni tidak berbicara selama mulut masih penuh dengan makanan.
Mengaplikasikan hidup berbagi dengan tidak menguasai semua makanan, tapi memberikan kesempatan kepada yang lain untuk mengambil bagiannya, tidak menggunakan sendok bekas sisanya untuk menyendok makanan lain yang disediakan untuk sekeluarga.
Menjaga agar nasi tidak bertebaran, usai sarapan mengangkat sendiri piring yang sudah digunakan dan dibawa ke dapur. Dan bilamana anak sudah cukup besar, mencuci sendiri piring bekas makannya. Ini baru menyangkut hal-hal sepele.
Namun berhubungan erat dengan pembentukan karakternya. Bila sejak kecil anak-anak sudah terbiasa makan semaunya tanpa memikirkan anggota keluarga yang belum makan, atau bercerita sementara mulut penuh dengan makanan, maka hal ini kelak akan terbawa dalam perjalanan hidupnya walaupun sudah dewasa.
Cara Mendidik Anak yang Terbaik Adalah dengan Contoh Teladan
Kalau sementara duduk makan bersama keluarga, orang tua terus mulai berkotbah tentang ini dan itu dan sambil mengunyah makanan, anak-anak hanya akan mendengarkan dengan setengah hati.
Hal ini secara tidak langsung sudah memberikan contoh yang kurang baik, karena seharusnya ketika orang tua lagi berbicara, maka anak anak diam mendengarkan, bukan sambil mengunyah makanan.
Jangan lupa bahwa anak anak akan merekam apa yang mereka saksikan dan rasakan semasa kecil mereka dan akan tersimpan dalam memori mereka hingga dewasa, dan kelak akan mereka copy-paste semua yang mereka alami dalam hidup berkeluarganya.
Sedangkan kotbah panjang lebar di dalam keluarga sangat tidak efektif karena hanya akan menciptakan image ,sebagai orang tua nyinyir dalam hati anak-anak. Mereka hanya akan mendengar dengan telinga kanan dan keluar dari telinga kiri
Anak-anak Dapat Diibaratkan Dahan yang masih muda
Bisa dibentuk sesuai harapan kita, akan tetapi bila mereka sudah dewasa dan kita sebagai orang tua baru sadar dan ingin mengubah mereka adalah ibarat mau membengkokan dahan yang sudah besar. Maka akibatnya kalau bukan dahannya yang patah, maka tangan kita yang akan cidera.
Tjiptadinata Effendi