MAKASSAR — Kasus hepatitis pada anak kini menjadi salah satu hal yang mengkhawatirkan setelah pandemi Covid-19 melanda.
Bahkan Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan surat edaran nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Hingga, 9 Mei 2022, Kemenkes mencatat total empat kasus pending hepatitis. Artinya, pemerintah belum bisa mengkonfirmasi kepastian penyebab yang bersangkutan, tetapi diduga kuat berkaitan hepatitis.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan, untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya telah menginstruksikan pemantauan di rumah-rumah warga.
Danny mengaku telah memerintahkan seluruh Ketua RT/RW untuk intensif mengawasi warganya terutama anak-anak yang tiba-tiba sakit.
“Jadi saya sudah perintahkanuntuk dipantau semua puskesmas di semua rumah-rumah,” kata Danny Pomanto, Senin, (9/5/2022).
Bahkan kata orang nomor satu Makassar ini, Tim Detektor Covid-19 siap dialihfungsikan apabila ada kasus yang terdeteksi di Makassar.
“Kan kita punya detektor kalau memang ada eskalasi tertentu. Sekarang belum ada ditemukan,” ucap Mantan Dosen Arsitek Unhas ini.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Bachtiar Baso, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota, termasuk para direktur rumah sakit untuk segera melaporkan jika terdapat kasus Hepatitis akut.
“Tentu kami kerja samakan demgan seluruh Dinas Kesehatan, dan rumah sakit yang ada di kabupaten/kota, serta pintu masuk Sulsel di Kantor Kesehatan Pelabuhan yang ada di Makassar. Kami harus koordinasi sesuai dengan surat edaran Kemenkes, beberapa hal sudah dijelaskan,” ungkap Bachtiar.
Dia menjelaskan Hepatitis akut dianggap misterius karena penyakit tersebut belum diketahui gejala pastinya. Penyebabnya masih dalam penelitian, termasuk juga dugaan kaitannya dengan varian-varian Covid-19.
“Sementara ini dalam penelitian para ahli di dunia. Kejadian ini pertama kali dilaporkan di Inggris Raya tepatnya di Skotlandia Tengah, dilaporkan anak usia 11 bulan sampai dengan 5 tahun, tapi sekarang setelah meningkat, bukan cuma 5 tahun tapi ada yang 16 tahun,” jelasnya.
Untuk itu, dirinya meminta masyarakat tetap waspada namun tidak perlu panik berlebihan sebab para ahli juga sementara memantau kasus tersebut. Hal terpenting saat ini, lanjut dia, adalah melindungi anak-anak dengan imunisasi lengkap.
“Sangat penting imuniasi karena akan membantu daya tahan tubuh terhindar dari penyakit. Biarlah kami kerja di lapangan, kami terus akan memantau,” pungkasnya. (**)