MACCA.NEWS- Pemerintahan kabupaten Enrekang dibawa kepemimpinan Bupati, H. Muslimin Bando dinilai menghilangkan sejarah-sejarah kebanggaan masyarakat.
Seperti tuguh Adipura yang telah diraih Bupati sebelumnya di era Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kini tuguh adipura tersebut digantikan oleh patung sapi perah. Hal ini seolah-olah menggambarkan kabupaten Enrekang pemasok sapi terbesar di Sulsel atau di mata Nasional.
“Setiap Pemerintahan kabupaten/kota, bahkan pemerintah Provinsi berbangga mendapatkan adipura. Bahkan ada masyarakat di sebuah kabupaten/kota mengarak keliling kota piala Adipura sebagai simbol keberhasilan pemimpinnya,” kata pemerhati pembangunan kabupaten Enrekang, Baba Banti.
“Kini, tuguh adipura yang terletak di ibukota Kabupaten Enrekang itu tergantikan oleh patung sapi. Andai kabupaten Enrekang sebagai daerah pemasok sapi terbesar tidak masalah. Tetapi kabupaten Enrekang bukan daerah pemasok sapi terbesar secara Provinsi Sulawesi Selatan, bahkan secara Nasional. Ini mubassir anggaran, rakyat butuh pembenahan infrastruktur jalan,”
Baba Banti juga mempertanyakan pembongkaran jembatan peninggalan sejarah Belanda yang masih layak digunakan. Jembatan bersejarah bagi masyarakat itu kini tergantikan dengan pembangunan jembatan baru yang sampai saat ini belum selesai. Dari volumenya, Pembangunan jembatan baru tersebut diduga memakai anggaran yang terbilang besar. Namun, pengerjaannya yang sudah memakan waktu lama tak kunjung selesai.
“Kemudian pembongkaran jembatan bersejarah peninggalan Belanda di Kecamatan Bungin yang menghubungkan kampung Bolu dengan kampung Matakali telah dibongkar dan di gantikan jembatan baru yang tak kunjung selesai sampai saat ini. Kalaiu dilihat dari segi bangunan, anggarannya sangat besar. Semoga tidak ada permainan yang mengarah ke indikasi korupsi,” jelas Baba Banti. (*)
The post Banguan Jembatan di Pelosok Kabupaten Enrekang tak Kunjung Selesai, Anggaran Diniali Mubassir appeared first on Maccanews.