MACCANEWS- Di hari ketiga, Jum’at (14/12) lawatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah (NA) ke Negeri Sakura berkunjungan ke Wajima Project. Sebuah perusahaan perikanan yang terintegrasi mulai dari budidaya ikan tuna dan ikan-ikan laut lainnya.
Di Wajima Project, diproduksi ikan Tuna dan ikan yellow tail atau buri’ sejenis ikan kuwe dan pengolahan ikan (cold storage). Lokasinya berada di Kota Wajima yang jaraknya dari Kota Matsuyama ibukota Perfecture (provinsi) Ehime atau dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan mobil.
“Dan untuk sampai ke lokasi budidaya ikan di laut, kita naik kapal sekitar satu jam,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel Sulkaf S. Latief yang ikut mendampingi Nurdin Abdullah.
Lanjut Sulkaf, di Sulsel sendiri untuk prosessing standar yang digunakan di tempat ini sama saja yaitu penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sehingga ini dapat kita laksanakan juga di Sulsel.
“Sedangkan teknologi budidaya laut ini yang akan kita kerjasamakan, karena bulan Januari 2019 Gubernur Ehime bersama 20 pengusaha akan datang ke Sulsel,” sebutnya.
Mereka yang datang termasuk pengusaha perikanan yang berkomitmen ingin berinvestasi di Sulsel pada pengembangan perikanan terintegrasi hulu dan hilir.
Sementara itu, DR Asmi Citra Malina, Dosen FIKP Unhas dan Ketua Masyarakat Aquakultur Sulsel yang juga ikut, menjelaskan, ikan yang ada, berupa budidaya ikan tuna di keramba jaring apung (KJA) dengan kedalaman 15 meter. Ikan pacific bluefin tuna (ikan tuna sirip biru pasifik) dipelihara selama 4 tahun.
Ikan yang dipelihara pada setiap KJA adalah dimulai dengan ukuran 300 gram yang berusia sekitar satu tahun, sebanyak 500 ekor per Karamba.
“Pakan berupa ikan sardin, cumi yang diberi setiap pagi yang diambil dari penyimpanan yang dibekukan,” jelasnya.
Sementara, jumlah per KJA sekitar 3500 ekor untuk ikan yellow tail, dipelihara selama 2,5 tahun, ukuran keramba 12 x 12 meter dengan kedalaman 9 meter.
Usai dari objek perikanan tersebut, rombongan kemudian melihat pengelolaan rest area (tempat peristirahatan sementara).(*)