MAKASSAR, – Masyarakat Kota Makassar bersama dengan Monash University (Australia) dan Universitas Hasanuddin (Indonesia) baru saja merayakan kesuksesan proyek peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal melalui program Revitalising Informal Sattlement and Their Environment (RiSE).
Tujuannya, memperbaiki kondisi kehidupan sekaligus meningkatkan ketahanan masyarakat di permukiman kumuh.
Peningkatan skala lingkungan yang inovatif, didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, merupakan puncak dari program kolaborasi dan keterlibatan yang luas dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait.
Proyek ini menghasilkan serangkaian hasil positif yang memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim, serta memperluas akses sanitasi dan layanan air yang memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dan di masa depan.
Permukiman kumuh selalu berada dalam kondisi yang paling buruk di lingkungan perkotaan. Permukiman ini rentan terhadap kombinasi bahaya kontaminasi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan penghuninya, dan kini diperparah oleh tantangan perubahan iklim.
Melalui proyek terkait, lebih dari 1.400 penduduk di 325 rumah tangga yang tinggal di permukiman kumuh telah menerima beberapa solusi yang meliputi, solusi ramah lingkungan, sistem pengolahan limbah lahan basah berbasis alam.
Solusi teknis perbaikan drainase dan pembuatan jalur limpahan air untuk menangani banjir, dan solusi cerdas sistem saluran pembuangan bertekanan yang terhubung ke internet untuk mengalirkan limbah dari dataran rendah.
Uji coba pertama terkait penerapan rangkaian infrastruktur ini, yang telah terbukti memberikan manfaat di negara-negara maju selama beberapa dekade, berhasil menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas hidup di permukiman kumuh perkotaan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Perbaikan kualitas lingkungan tempat tinggal merupakan bagian dari RISE program, sebuah program penelitian multi-negara yang memiliki visi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penduduk di permukiman kumuh perkotaan, dengan memperbaiki kondisi wilayah di mana komunitas tersebut tinggal.
Tujuan utamanya adalah menghapus risiko kontaminasi limbah rumah tangga di lingkungan tempat tinggal, yang merupakan penyebab utama stunting dan buruknya perkembangan kognitif pada anak-anak.
“Dampak negatif dari limbah yang tidak terkontrol adalah anak-anak akan terpapar polusi saat bermain. Beruntung sekarang kondisinya sudah lebih baik karena dibangun tempat penampungan limbah untuk dikelola.” kata Agung, warga yang telah berkolaborasi dengan RISE sejak uji coba pertama program ini pada 2018.
Setiap hari, lebih dari 183.000 orang membangun rumah di permukiman kumuh. Bahkan, fakta tersebut seringkali terjadi di lingkungan yang rawan banjir dan rusak parah, serta memiliki akses terhadap air bersih dan layanan sanitasi yang buruk. Tantangan ini diperparah oleh dampak perubahan iklim yang menjadikan sebagian besar permukiman kumuh semakin rawan banjir, terancam kenaikan permukaan air laut, dan rentan terhadap cuaca ekstrem.
Ironisnya, di saat bersamaan, penduduk di permukiman kumuh juga memiliki kapasitas yang paling kecil untuk beradaptasi dan merespons seluruh tantangan tersebut.
Profesor Diego Ramirez-Lovering, Co-Director RISE dari Monash University, mengatakan, sebanyak satu miliar orang yang tinggal di permukiman kumuh.
Angka tersebut diperkirakan akan bertambah hingga 3 miliar jiwa pada tahun 2050. Permukiman kumuh saat ini dipenuhi oleh orang-orang yang akan menjadi masyarakat kelas menengah di masa depan.
“Maka dari itu, mereka harus mendapat dukungan dari lingkungan yang berkelanjutan dan pertumbuhan kota-kota yang bertanggung jawab di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah,” kata Diego.
“Namun, pemerintah menghadapi berbagai tantangan dalam mengimbangi pertumbuhan penduduk yang pesat. Jadi, kita perlu segera mengembangkan pendekatan yang dapat memperbaiki kondisi kehidupan saat ini, terutama ketika masyarakat memainkan peran penting dalam mengembangkan solusi yang paling sesuai untuk mereka, sembari mengembangkan bukti berdasarkan studi-studi yang berorientasi masa depan,” tambahnya.
Pemerintah Kota Makassar telah mendukung inisiatif berbasis masyarakat seperti RISE, yang menyediakan sumber air berkelanjutan dan ramah lingkungan di wilayah perkotaan.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto, mengatakan Makassar adalah kota yang berpikiran maju dan mendukung peluang untuk menciptakan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi semua orang.
RISE adalah bagian penting dari rencana pemkot untuk menerapkan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Manfaatnya jelas sekali kita busa lihat paradigma kita tentang penanganan air kotor biasanya pakai alat, ini tidak dengan bio filter, sistem rawa tadi, rawa-rawa diciptakan,” ujar Danny, sapaan akrab Ramdhan Pomanto.
Di tempat yang sama, Co-Director RISE, Prof Karin Leder menambahkan, sebagai program riset kesehatan masyarakat dan lingkungan yang menyertainya (planetary), RISE bertujuan mengumpulkan bukti-bukti ilmiah yang kuat mengenai dampak terhadap manusia dan lingkungan lewat pendekatan peningkatan permukiman kumuh.
“Sejak tahun 2018, kami telah melakukan penilaian kesehatan masyarakat melalui survei komunitas rutin, yang diikuti oleh pengumpulan sampel tinja dan darah dari anak kecil. Kami juga mengkaji perubahan ekologi, yang didukung oleh metode pengambilan sampel baru untuk menguji kontaminasi lingkungan dan keberadaan patogen.” sebutnya.
Sementara itu, Universitas Hasanuddin memimpin penilaian terhadap riset planetary ini di Kota Makassar. Profesor Jamaluddin Jompa, Rektor Universitas Hasanuddin, menyebutkan, pihaknya telah berinvestasi dalam penelitian mutakhir terkait kesehatan, lingkungan, air, sanitasi, dan perubahan iklim, yang akan membawa manfaat jangka panjang bagi kawasan Indo-Pasifik.
“Adapun Pemerintah Australia sebagai mitra inti, memandang penyediaan infrastruktur tata kelola air sebagai langkah penting dalam mengatasi tantangan perkotaan yang kompleks dengan solusi baru,” ujarnya.
Pemerintah Negeri Kanguru telah memberikan komitmen lebih dari 6 juta dolar Australia untuk proyek ini melalui Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT).
Proyek inipun didukung penuh oleh Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong ketika mengunjungi lokasi proyek RISE pada tahun 2022.
“Australia mendorong penerapan praktik dan teknologi berkelanjutan, yang memastikan bahwa pembangunan infrastruktur untuk masyarakat selalu dilakukan dengan ramah lingkungan dan tahan terhadap perubahan iklim,” ujar Konsulat Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias.
“RISE adalah contoh bagus dari kerja sama penelitian Australia-Indonesia dalam mewujudkan infrastruktur lokal berdasarkan pendekatan yang berpusat pada masyarakat. Australia dan Indonesia adalah mitra infrastruktur komprehensif yang bekerja sama untuk meningkatkan sistem air dan sanitasi, dimana kemitraan ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Kota Makassar dan kesehatan masyarakatnya,” ucapnya.(*)