Jika RKA Jalur Bawah, Danny Pomanto Minta Pemprov Tanggung Jawab

oleh
oleh

MAKASSAR – Proyek pembangunan Rel Kereta Api (RKA) yang rutenya melintasi Makassar masih berpolemik. Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto kukuh untuk membangun rel kereta api melayang (elevated), sementara Pemprov Sulsel ngotot lewat jalur bawah (at-grade).

Danny beralasan jika pembangunan kereta api jika dilakukan secara at grade (di darat) dapat mengakibatkan banjir di wilayah Makassar. Olehnya, Danny Pomanto meminta Pemprov Sulsel bertanggungjawab atas dampak yang terjadi jika bersikukuh rel kereta api di Makassar dengan sistem at grade.

“Di Makassar besar sekali dampaknya,” kata Danny, Senin (8/8/2022).

“Saya ini cuma membela masyarakat Makassar, karena saya tahu persis, masa saya tahu, saya diam. Masa nanti ada akibat baru saya bicara, lebih baik saya bicara sekarang,” lanjut Danny.

Dengan kondisi kepadatan penduduk Kota Makassar dengan segala dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat. Danny tetap mempertimbangkan hal demikian.

“Bukan masalah terancam (anggaran kembali ke pusat) atau tidak ini, ini masalah dampak atau tidak,” pungkasnya.

Kepala Dinas Tata Ruang Makassar, Fakhyuddin Yusuf juga memberikan penjelasan tentang dampak yang dapat di timbulkan dari RKA dengan sistem at grade.

Kata dia, meskipun dibuatkan gorong-gorong pasti tidak akan mencukupi kapasitas, apa bila terjadi hujan deras. Diketahui jalur yang dilalui RKA, wilayah Tamalanrea dan Biringkanaya merupakan jalur yang rawan banjir.

“Jadi wilayah Biringkanayya sama Tamalanrea itu selalu ada dampak banjir. Disitu sering kalau musim penghujan. Selalu rawan persoalan banjir,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman Dan Pertanahan (Perkimtan) Sulsel Iqbal Suhaeb menyebut Badan Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulsel sudah melakukan studi kelayakan (visibility study) pada wilayah yang akan dilalui rel kereta api di wilayah Makassar.

“Hasilnya Q.50 tahun, itu tidak akan banjir. Itu sudah dianalisis dengan konsep debet hujan yang paling tinggi yang pernah ada di Makassar,” ujar Iqbal, Senin (8/8/2022).

Sejak awal Pemprov Sulsel sudah melakukan persuratan kepada Kementerian Perhubungan RI, melalui Balai Pengelola Kereta Api Sulsel. Dalam surat tersebut meminta kepada pusat untuk melihat dan menganalisis dampak banjirnya.

Kekhawatiran Pemkot Makassar, kata Iqbal, sebelumnya juga sama dengan Pemprov Sulsel. Namun, setelah mendapatkan hasil kajian dari BPKA, bahwa di lokasi yang akan dibangun rel secara at grade bebas banjir hingga 50 tahun ke depan, maka Pemprov Sulsel yakin dan mendukung penuh proyek strategis nasional (PSN) Presiden Jokowi tersebut.

Iqbal juga memperlihatkan surat berupa penjelasan teknis debit air dan lain sebagainya di lokasi pembangunan rel at grade di Makassar.

Dalam surat tersebut dengan nomor KA.604/4/8/BPKA-SS/2022 ditandatangani oleh Ir Ammana Gappa sebagai Kepala BPKA Sulsel secara kesimpulan, BPKA menyebutkan, berdasarkan hasil survei dan analisis data hidrologi dan hidrolika tersebut, maka design pembangunan jalur kereta api dari Mandai sampai dengan Parangloe dan perencaan saluran melintang berupa box culvert untuk melimpaskan debit air telah memperhitungkan tinggi muka air banjir maksimum dan aman terhadap banjir dengan periode Q.50 tahun.

“Terlampir data dukung berupa Laporan Survey Hidrologi dan Hidrolika serta Executive Summary DED Intermoda KA ke Pelabuhan Garongkong dan Makassar New Port,” ujar Iqbal membacakan surat “jaminan bebas banjir” tersebut.

“Sekali lagi at grade rel kereta api di Makassar itu aman dari banjir. Silakan dibaca suratnya anakisis teknis dari BPKA ,” ujar Iqbal sambil memperlihatkan surat dari BPKA.

Terpisah, Ahli Tata Ruang Bidang Transportasi, Bandar Udara dan Transportasi Terintegrasi, Prof Ir Sakti Adji Adisasmita, memiliki pandangan soal konsep proyek rel at grade atau elevated, yang kini menjadi perdebatan.

Ketua Program Studi (KPS) S3 Teknik Sipil, Fakultas Teknik Unhas itu tidak masuk pada perdebatan antara Pemkot, balai dan Pemprov. Namun sebagai akademisi menyumbangkan pikiran untuk akselarasi trasportasi umum yang akan digunakan masyarakat umum di Sulsel.

“Saya tak campuri urusan perdebatan. Saya memberikan pandangan, sebagai konsep pembangunan angkutan massal seperti kareta api, monorel, MRT. Semua daerah punya karakter tersendiri sesuai wilayah. Dan juga ada dampak jika tak dikaji dengan baik,” ujarnya.

Profesor yang pernah menjadi bagian dari pembangunan Bandara di Toraja ini menyebutkan, dari sisi teori pembangunan dan konsep tata ruang. Pembangunan jalur kereta cepat di Sulsel dipastikan akan mendorong pertumbuhan kota baru di sepanjang koridor yang dilewati, salah satunya Kota Makassar.

Oleh karena itu pemerintah pusat, Pemprov, Balai Lareta Api dan Pemkot Makassar perlu kembali duduk bersama mempersiapkan konsep tata ruang yang jelas termasuk juga pembangunan sosial masyarakat serta dampak lain yang tidak merugikan masyarakat.

“Mau rel at grade atau elevated semua punya dampak. Sesuai teoritis KA mengangkut jumlah yang banyak. Tentu, harus lewat jalan tidak sebidang atau persimpangan (silang pemotongan) sehingga tidak kemacetan,” terangya.

“Juga dipikirkan tidak terkendala oleh kemacetan, serta tidak mengganggu jalan umum. Apalagi dibutuhakn saat kota mulai berkembang. Paling cocok diatas, kalau tidak maka melewati jalur bawa,” jelasnya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.