WATAMPONE – Health, Safety and Environment Tambang (HSE) PT Emporium Bukit Marmer Bontocani, Mudaksir ST, meminta elemen masyarakat untuk tidak membangun khayalan yang terlalu jauh terkait kondisi tambang Marmer di Bontocani.
Menurutnya, dampak lingkungan yang selalu dibicarakan di publik sangat tidak berdasar dan mengada-ada.
“Misalnya, ketersediaan air untuk lahan pertanian akan berkurang. Darimana kajiannya? Kami mau apakan air yang mengalir dari mata air itu? Kami hanya memotong blok batu lalu mengangkutnya. Penggunaan air hanya bertujuan untuk membasahi sling mesin wayer agar tidak panas dan kemudian aus,” katanya dalam rilisnya, Selasa (1/6).
Lanjut Mudaksir, kebutuhan air di wilayah tambang hanya sekitar 3 kubik/hari, sehingga tidak perlu membangun penampungan seperti bili-bili. Bayangan masyarakat terlalu tinggi, padahal tidak demikian. Pipa yang kami pakai pun hanya pipa paralon biasa berdiameter 5 inci. Tidak banyak air-ji, mau kami apa air satu gunung Bontocani sehingga diisukan berkurang bahkan terancam gagal panen segala,” tambahnya.
Pernyataan Mudaksir soal membangun penampungan sebesar Bili-bili kemungkinan menyindir salah satu akun di medsos.
Dalam postingannya akun tersebut menuliskan; “Berarti manusia di samakan dengan ikan-ikan yang ada di kolam penampungan pertambangan butuh berapa waktu untuk penjernihan sedangkan pertambangan buat mengambil Batu Marmer harus tetap menggunakan air yg banyak.kecuali bapak yang berbicara itu bisa membuat penampungan seperti bendungan bili bili”.
Saat dikonfirmasi mengenai akun tersebut, Mudaksir mengaku tidak mengetahuinya.
“Belum saya baca itu, iye. Saya hanya menjelaskan dan meminta kepada masyarakat agar kondisi jangan didramatisir. Tambang marmer itu sederhana, potong blok batu, angkut sesuai permintaan. Tidak ada peledakan gunung. Tidak ada bahan kimia. Tambang marmer itu masih lebih ramah lingkungan dibandingkan tambang bebatuan lainnya, jika dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku,” tuturnya.
Sehingga Mudaksir meminta masyarakat agar tidak terprovokasi oleh berita-berita hoaks yang beredar di media sosial, yang bertujuan untuk memecah belah masyarakat di Bontocani tanpa mengkroscek langsung kondisi di lokasi pertambangan. Termasuk, informasi bahwa tambang bakal merusak aliran sungai itu sesat dan membodohi masyarakat.
“Kami mengganggu Daerah Aliran Sungai Walanae itu hoaks. Itu berita tak benar. Hulu Sungai Walanae bukan berada di area tambang masih puluhan kilometer jauhnya. Mata air tempat kami mengambil air, yakni mata air Leang Biccu sekitar 1 km dari lokasi memiliki debit yang tinggi dan juga jadi hulu irigasi beberapa sawah warga melalui perpipaan. Kelebihan dari Perpipaan irigasi itulah kami alirkan ke penampungan kami untuk kebutuhan di lokasi. Yang kami gunakan hanya yang di kolam penampungan, dan tak ada mengganggu aliran sungai terlebih mengurangi air irigasi pertanian,” jelasnya.
Air di penampungan kemudian ditarik naik ke atas untuk aktivitas produksi. Sehingga volume air perairan, dijamin tidak akan pernah terganggu
Setelah digunakan, air kemudian dialirkan ke penampungan lainnya untuk dilakukan proses penjernihan. “Air yang terpakai dijernihkan kembali. Setelah jernih dialirkan ke kolam selanjutnya yang di dalamnya ada ikan-ikan. Jika ikannya tetap hidup berarti air tersebut aman dan steril kembali. Barulah dibiarkan dibiarkan kembali mengalir ke area sawah warga dan sungai,” tuturnya. (*)
The post Lestarikan Lingkungan, HSE Emporium Bukit Marmer: Kami Bisa Jaga Ketersediaan Air di Bontocani appeared first on Maccanews.