MACCANEWS – Adik kandung Bupati Luwu, Basmin Mattayang, yakni Rosmiati Mattayang menolak upacara adat menumpahkan darah hewan ke laut (Maccera Tasi) yang akan digelar di Belopa, ibukota Kabupaten Luwu.
Selain itu, Rosmiati Mattayang juga mengingatkan Pemkab Luwu dan panitia pelaksana Festival Keraton Nusantara (FKN) untuk mengevaluasi Maccera Tasi dalam event FKN XIII 2019 Tana Luwu, yang akan dipusatkan di Kota Palopo, pada 6-13 September 2019 mendatang.
Menurut Rosmiati Mattayang, Maccera Tasi identik dengan kesyirikan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang dianut mayoritas warga Belopa.
“Jangan melakukan hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Pelarungan kepala hewan dan lain -lain tidak bermanfaat, bahkan bisa mengundang bahaya dan bencana besar bagi warga Luwu,” tegas Rosmiati Mattayang, Senin (2/9/2019) via telpon seluler.
Rosmiati Mattayang mengingatkan, terkait bencana alam yang melanda Kota Palu dan sekitarnya.
“Bercerminlah pada peristiwa yang terjadi di Kota Palu dan sekitarnya. Saya tidak ingin kejadian serupa terjadi di tanah kelahiran saya,” tandasnya.
Meskipun Maccera Tasi dilaksanakan secara islami, lanjut Rosmiati Mattayang, maka ganti maccera tasi dengan pesta lainnya yang mengabdosi sebagian isi Maccera Tasi tanpa melanggar norma-norma agama Islam.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar kelahiran Luwu Utara (Lutra) Lauddin Marsani, memberi komentar di beranda akun FB Rosmiati Andi Wali, bahwa Alquran dan hadist tidak mengenal meccera tasi dan semua yg bersifat berhala diharamkan.
Meccera tasi, lanjut Lauddin yang juga Direktur Reksekutif Pusat Kajian Kebijakan Publik (PusKAP) Makassar ini, bukan syiar Islam, meski ada mengkategorikan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Ungkap syukurnya boleh tapi bukan dengan cara menyajikan sesajen ke laut apalagi melarung kepala kerbau atau sapi,” tegas Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara ini.
Sementara dari pihak panitia penyelenggara dalam sejumlah rilisnya kepada media, mengungkapkan bahwa kegiatan Maccera Tasi tetap akan digelar.
Namun beberapa kegiatan yang dianggap mengandung syirik itu dihilangkan dan diganti dengan unsur yang sesuai syariat Islam.
“Prosesi membuang kepala kerbau ke laut yang dikhawatirkan dapat menimbulkan syirik bagi generasi berikutnya, digantikan dengan simbol lainnya dapat berupa penyebaran ikan ke laut,” ungkap Wakil Ketua Panitia FKN XIII, Dr Suaedi, seperti yang dilansir Palopopos.com
Suardi mengatakan, prosesi penyembelihan hewan kerbau disembelih secara Islami, digunakan sebagai konsumsi bagi masyarakat, dan prosesi sebelum maccera tasi akan diisi pula dengan zikir dan doa bersama sesuai tuntunan agama.
Terkait pernyataan Suardi, Rosmiati Mattayang kembali mengingatkan pihak panitia pelaksana FKN XIII, konsisten dengan janji dan ucapan yang akan menggelar Maccera Tasi dengan cara islami.
“Saya berharap pihak panitia pelaksana memegang janjinya untuk meniadakan Maccera Tasi yang mengandung kesyirikan dengan Menganti Maccera Tasi ala islami. Jangan coba-coba melanggar janji apalagi sumpah yang telah diucapkan yang telah tersiar di media massa dan diketahui publik,” tegas Rosmiati Mattayang. (*)
The post Adik Bupati Luwu Tolak Maccera Tasi Digelar di Luwu appeared first on Maccanews.