MACCA.NEWS– Gubernur Sulawesi-Selatan HM Nurdin Abdullah (NA) dan istri Liestiaty F Nurdin menggelar prosesi adat mappasili (mensucikan diri) dan mattimpu untuk pernikahan anak ketiganya M Fathul Fauzy Nurdin di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Rabu siang (9/1). Dan malamnya akan dilanjutkan dengan prosesi Mappaccing.
Sebelumnya, kemarin, Fauzy (Uji) yang akan menikahi Gunya Paramasukhaputri mengawali dengan prosesi adat pernikahan Ma’gentung.
Hadir dalam acara ini tamu undangan termasuk Koordinasi Forum Pimpinan Daerah (Forkopimda), bupati dan wali kota se Sulsel.
Prosesi Mappasili dimulai dengan marellau dampeng (memohon maaf), memohon doa restu dan sungkeman kepada orang tua. Kemudian, ungkapan kasih dari calon pengantin pria (CPP) kepada orang tua dan orang tua kepada calon pengantin pria.
Uji dalam ungkapan kasihnya, “Bismilllahirahmanirahim, Papa dan Mama, besok status Uji akan berubah, inshaallah Uji akan memikul tanggung jawab sebagai imam bagi istri Uji. Mohon Papa dan Mama tetap beri Uji dukungan dan tetap doakan Uji. Papa-Mama walau Uji nanti akan menjadi kepala rumah tangga, sampai kapan pun uji akan tetap menjadi (anak) laki-laki Papa dan Mama,”
“Atas apa yang akan terjadi nanti, nasehat Papa-Mama akan Uji tetap butuhkan. Papa-Mama terima kasih telah mendidik Uji sampai titik ini, sekarang gantian, mohon doakan semoga Uji dapat mendidik dan membina keluarga Uji dan rumah tangga Uji sendiri. Mama janji ya, jangan terlalu memikirkan bagaimana anak lelaki ini berupaya hidup berkeluarga, semoga Allah SWT merhidoi Uji dan Gunya menapaki bahtera rumah tangga hingga kelak ajal memisahkan, cinta kasih uji untuk Papa dan Mama,” sebut Uji dengan tersedu-sedu.
Selanjutnya, Liestiaty menyampaikan ungkapan hatinya,”
Bismillahirahmanirahim, sebentar lagi Uji telah memilih, uji telah memutuskan dan telah menjatuhkan pilihan hati. Uji anak Mama dan Papa selalu cintai. Sebenarnya, hati Mama dan Papa begitu berat, itulah alur hidup, Mama ikhlas dan selalu mendoakan anak-anak Mama dan Papa agar selalu dalam naungan kasih sayang,”
Liestiaty melanjutkan dengan mengungkapkan agar dalam melangkah, buah hatinya ini memiliki iman yang kuat dalam mimpin keluarganya kelak.
“Mama harapkan Uji melangkah dengan hati yang teguh, iman yang kuat, agar kelak bisa memimpin istri dan anak-anak Uji dengan penuh cinta seperti Papa dan Mama mendidik dan menyangi Putri, Reza, Uji dan Take. Doa Mama-Papa selalu untuk uji ku, sakinah, mawaddah, warahmah dalam menapaki perjalan hidup yang baru dalam rumah tangga. Jika dalam pelayaran cinta, Uji bertemu badai. Mama dan Papa akan selalu ada bersama mu,” ucapnya.
Selanjutnya, dilanjutkan dengan mencuci kaki kedua orang tua. Uji mendapat pelukan dari orang tua. Prosesi ini berlangsung haru, baik uji dan NA serta istri mencium buah hatinya dan meneteskan air mata.
CPP kemudian menuju ke rumah passili dituntun oleh indo botting dan kedua orang tua diiringi dengan lellu’.
Orang tua kemudian dipersilahkan untuk dipersilahkan untuk menuangkan air mandi dan memasukkan koin ke dalam tempat air passili.
Mappasili dilanjutkan oleh indo botting, kemudian sesepuh, keluarga, undangan dan orang tua menuntun CPP untuk wudhu, setelah itu CPP akan menuju ke dalam kamar untuk prosesi selanjutnya.
Prosesi selanjutnya, adalah mattimpu dan khatam Al-Qur’an.
Adapun perlengkapan Mappasili, pondok siraman dekorasi bombing kelapa tabere pelaminan, gentong dan gayung yang dihias melati ronce, daun sirih 7 x 7 ikat (rekko ota), majang alosi 7 buah, daun pandan wangi 4 lembar, 7 macam kembang setaman/daun passili
4 buah tunas kelapa kaluku toa, 4 tandan loka/uti manurung (pisang kapok), 4 tandan loka utti panasa (pisang nangka), 4 sisir pisang nangka, 4 rumpun tebu, 4 tandan kelapa, 4 tandan pinang.
36 lilin merah dan beras dalam loyang kuning (berre todang), 4 biji kelapa utuh dan 2 buah gula merah
4 biji (2 pasang) buah pala yang utuh dan 2 Ikat kayu manis utuh,
1 wajan (pammaja) besar berisi air, 18 biji beras/uang sen, ayam jantan diera darahnya dan mematuk beras, 1 ikat sirih segar (rekko ota), pakaian untuk mandi, 12 meter taluttu (kain putih), pakaian setelah mandi.
Sementara untuk perlengkapan Matimpu’ (Mattoana) berupa, beras dan lilin besar, 2 sisir pisang raja utuh, sokko Palopo dan kue tradisional yang manis- manis, piring kue kecil dan kelengkapannya, air minum, Perangkat kue – kue Bugis ( kue Bosara).(*)