MACCANEWS- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, memuji wakil presiden pertama RI Moh Hatta, sebagai sosok pejabat negara yang rajin menuangkan pikirannya dalam karya tulis.
Dalam kurun waktu 61 tahun, proklamator pendamping Bung Karno, presiden pertama RI, telah menghasilkan lebih dari 800 karya tulis dalam bahasa Indonesia, Belanda dan Inggris.
Mendikbud mengungkapkan pengalamannya saat bersentuhan dengan hasil pemikiran Bung Hatta. Mendikbud menyampaikan banyak orang menganggap Bung Hatta sebagai pakar ekonomi dan negarawan, termasuk Bapak Koperasi. Namun sebenarnya Bapak Proklamator tersebut adalah seorang yang memiliki perspektif ilmu pengetahuan yang sangat lengkap.
“Saya punya pengalaman intelektual sendiri dengan Beliau. Dalam disertasi saya, kebetulan saya menulis tentang militer, ternyata peletak dasar profesionalisme militer Indonesia itu adalah Mohammad Hatta, dengan kebijakan rasionalisasi militer pada tahun 1949”, kata Mendikbud, saat peluncuran buku karya Bung Hatta tersebut, di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu 14 November 2018.
Menurut Mendikbud, rasionalisasi militer itulah sebetulnya yang mendasari perkembangan TNI yang pada akhirnya harus membuat pilihan menjadi TNI profesional.
“Ini yang mungkin tidak banyak diketahui. Kita bisa membayangkan jika seandainya waktu itu Mohammad Hatta tidak mengambil langkah yang sangat berani yaitu melakukan rasionalisasi militer, mungkin Indonesia setelah pasca kemerdekaan itu terjadi perang saudara karena masing-masing laskar memiliki senjata yang tidak kalah bagusnya dari tentara republik”, kenang Mendikbud.
Mendikbud mengapresiasi peluncuran 10 Buku Karya Lengkap Bung Hatta. Karena buku tersebut masih relevan untuk dibaca oleh generasi sekarang dan yang akan datang.
Dengan terbitnya buku ini, akan menjadi sebuah karya besar yang bisa dijadikan suri teladan untuk anak cucu tentang pemikiran-pemikiran Beliau yang akan tetap otentik dan abadi.
Sepuluh Buku Karya Lengkap Bung Hatta terdiri dari 10 judul, yaitu, Buku 1: Kebangsaan dan Kerakyatan; Buku 2: Kemerdekaan dan Demokrasi; Buku 3: Perdamaian Dunia dan Keadilan Sosial; Buku 4: Keadilan Sosial dan Kemakmuran; Buku 5: Sumber Daya Ekonomi dan Kebutuhan Pokok Masyarakat; Buku 6: Gerakan Koperasi dan Perekonomian Rakyat; Buku 7: Filsafat, Ilmu, dan Pengetahuan: Buku 8: Agama, Pendidikan dan Pemuda; Buku 9: Renungan dan Kenangan; Buku 10: Surat-surat.
Sementara itu, perwakilan dari keluarga, sekaligus puteri sulung Bung Hatta, Meutia Hatta, menyampaikan harapannya agar nilai-nilai dan pokok-pokok pikiran Bung Hatta bisa disebarluaskan.
Pemikiran Bung Hatta itu mencakup pembangun perekonomian nasional untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Terutama untuk pemuda zaman milenial yang sering menyebut dirinya sebagai hidup di zaman now.
“Saya berharap bahwa penyebutan dan penekanan mengenai zaman now tidak menjuruskan kaum muda kita untuk mengabaikan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Zaman now tidak boleh kosong. (*)