MACCANEWS– Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah (NA) bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan Hari Kesehatan Nasional Ke-54 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan di Lapangan Upacara Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Selasa (13/11/2018).
Tema yang diangkat pada tahun ini “Aku Cinta Sehat”, dengan subtema “Ayo Hidup Sehat Mulai Dari Kita”.
Tema ini sejalan dengan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK), yang menekankan pada upaya promotif dan preventif sebagai pendekatan pembangunan kesehatan.
“Kesempatan ini juga merupakan momentum yang baik untuk kita merenungkan dan introspeksi terhadap apa yang telah kita capai dalam pembangunan kesehatan, kata Nurdin Abdullah menyampaikan sambutan seragam Menteri Kesehatan RI.
Disampaikannya juga disampaikan NA, Indonesia sekarang sedang menghadapi transisi epidemiologi. Terkait dengan penyakit, kita menghadapi tiga beban penyakit (triple burden of diseases). Beban
penyakit yang diukur dari tahun yang hilang akibat kematian dini, telah bergeser dari penyakit menular ke arah penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung,
gagal ginjal, diabetes, kanker, dan sebagainya; namun di sisi lain muncul ancaman penyakit infeksi baru, seperti flu burung, ebola, TB resisten obat, dan lain-lain.
Di sisi lainnya lagi, kita juga masih dihadapkan pada masalah penyakit menular yang belum selesai, seperti demam berdarah, TB, malaria, HIV/AIDS, filariasis, kecacingan, dan lain-lain.
Terkait dengan masalah gizi, lndonesia menghadapi beban ganda (double burden of nutrition
probiem). Di satu sisi, menghadapi masalah under-nutrisi (gizi kurang, pendek/ stunting, dan kurus); namun di sisi lain, juga dihadapkan pada masalah over-nutrisi, yakni masalah obesitas/kegemukan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa berbagai indikator pembangunan kesehatan mengalami perbaikan, namun juga masih ada indikator yang perlu terus diperbaiki dan ditingkatkan.
Angka stunting pada balita telah turun dari 37,2 persen tahun 2013 menjadi 30,8 persen pada tahun
2018.
Hal ini sejalan dengan perbaikan pada beberapa indikator Kesehatan ibu dan anak, seperti antenatal
Care, persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan ibu nifas, dan pelayanan kesehatan pada bayi dan balita.
“Momentum HUT kesehatan nasional ini tentu kita melihat data tentang data ibu melahirkan problem anak kurang gizi. Inikan kita masuk dalam rangking lima secara nasional, tentu kita prihatin dengan status ini, saya sih mengatakan bahwa sebenarnya tidak sulit untuk mengatasi ini,” sebutnya.
NA menyebutkan, banyak daerah yang melakukan contoh baik, ada diantaranya, health care center, ambulance mobile, ada lagi inovasi daerah lainnya.
“Tentu kita berharap, kabupaten yang masih tinggi status gizi rendah, terus kematian ibu melahirkan dan kematian anak, ya kenapa kita tidak melihat daerah-daerah yang bisa menurunkan angka kematian ibunya, kita jangan malu mencontoh dan jangan malu membuat sebuah terobosan dari hasil pengembangan orang, yang penting bagi kita, ini adalah program kemanusian,” paparnya.
Pemerintah Provinsi Sulsel ke depan, sebut NA akan mencoba untuk membangun sebuah sistem bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota. Ia juga berharap bawak inovasi di bidang kesehatan terus berkembang.
Di sisi lain, indikator-indikator penyakit tidak menular telah menunjukkan kenaikan dari sisi angka kejadian. Prevalensi kencing manis berdasarkan pemeriksaan darah telah meningkat dari 6,9 persen pada tahun 2013 menjadi 8,5 persen pada tahun 2018.
Hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah telah meningkat dari 25,8 persen pada tahun 2013 menjadi 34,1 persen pada tahun 2018. Perilaku merokok pada remaja juga meningkat dari 7,2 persen pada tahun 2013 menjadi 9,1 persen pada tahun 2018.
Perilaku hidup sehat di masyarakat perlu ditingkatkan. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa perilaku makan buah dan sayur yang cukup, yakni 5 porsi per hari sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia, baru mencapai 5 persen. Sementara perilaku aktivitas
fisik, juga masih perlu ditingkatkan, karena masih 33,5 persen penduduk di atas 10 tahun yang aktivitas fisiknya kurang.
“Kita harus menyadari bahwa tantangan di depan kita semakin berat, semakin luas, dan semakin kompleks. Solusi terhadap berbagai permasalahan tadi tentu
memerlukan kepemimpinan yang kuat, manajemen yang handal, kolaborasi multi-sektor harmonis, dan monitoring evaluasi pembangunan yang terstruktur dan sistematis,” ujarnya.
Pada kesempatan ini juga diberikan penghargaan, seperti motivator donor darah sukarela, daerah dengan jumlah pemilik terbanyak JKN secara mandiri, tenaga dokter teladan, tenaga perawat teladan, tenaga bidan teladan.(*)