MACCANEWS- dr Dewi Rosariana, SpM dari Rumah Sakit Mata Undaan berbagi kisah tentang kasus cacing mata yang berhasil ditanganinya pada Mei 2018 lalu. Diceritakannya, datang seorang pasien perempuan berusia sekitar 40 tahun yang mengeluh pandangannya kabur.
Bukan kabur biasa, Sang pasien mengadu bahwa kabur yang dialaminya, diikuti dengan adanya bayangan bergerak menyerupai cacing. Tak hanya itu, pasiennya pun mengaku mengalami nyeri di kepala, mual, dan muntah.
Untuk menjawab keluhan yang diderita pasien, selanjutnya dilakukanlah pemeriksaan terhadap kedua matanya. Hasilnya, bayangan seperti cacing yang didapati pasien ternyata benar. Hidup seekor cacing di bilik depan matanya.
Untuk mengambilnya, dilakukan prosedur operasi menggunakan bius lokal. Selanjutnya dibuat irisan (insisi) di bilik depan mata pasien, sebagai jalan keluar cacing. Lalu dimasukkan optalmicic Viscosurgical Device (OVD) untuk mendesak cacing supaya tidak bisa gerak, sehingga dia mendekati bibir luka lalu ditarik.
“Saat diperiksa, cacing itu ternyata ada di bilik depan mata. Kemungkinan masuknya dari lubang yang ada di retina mata pasien. Jadi, dari selubung saraf mata, cacing masuk di bawahnya retina. Lalu retinanya berlubang, ia jalan ke dalam bola mata, dari bola mata selanjutnya ke bilik mata depan,” ungkap dokter spesialis mata yang akrab disapa dr Rina itu.
Setelah berhasil dikeluarkan, caing tersebut dibawa ke laboratorium parasitologi untuk diteliti. Ternyata, cacing tersebut adalah Angiostrongylus Cantonensis, nematode parasit yang menyebabkan angiostrongyliasis. Cacing ini adalah penyebab paling umum dari meningitis eosinofilik di Asia Tenggara dan Cekungan Pasifik. Nematoda ini umumnya berada di pulmonal tikus.
Lantas, bagaimana perjalannya bisa sampai masuk ke mata? Hewan tersebut, mulanya tidak berbentuk cacing, melainkan larva. Seiring berjalannya waktu, larva tersebut dapat berkembang menjadi cacing berukuran 15 sampai 20 milimeter.
“Cacing itu, masuk ke dalam mata tidak dengan ukuran itu. Ia masuk dalam bentuk larva ke pencernaan, lalu menyebar ke pembulu darah, dibawa ke cairan otak. Selanjutnya masuk melalui saraf mata, baru masuk ke dalam mata. Pada proses itulah dia berkembang menjadi cacing,” ujar dr Rina.
Makanan yang terkontaminasi, adalah sumber dari masuknya cacing ini ke dalam tubuh manusia. Siput mentah atau setengah matang merupakan hospes intermediair atau berperan sebagai alat transportasi yang mengandung larva infektif.
Udang, ikan, dan kepiting darat yang memakan kerang atau siput, pun bisa membawa larva infektif. Selada dan sayuran lainnya yang terkontaminasi kerang kecil, bisa juga berperan sebagai sumber infeksi. (*)