Naskah Sejarah Ringkas Hari Jadi Sulawesi Selatan Dibacakan Pejabat Sekda Sulsel

oleh
Naskah Sejarah Ringkas Hari Jadi Sulawesi Selatan Dibacakan Pejabat Sekda Sulsel

MACCANEWS– Peringatan Hari Jadi atau HUT Ke-349 Sulawesi Selatan dilaksanakan pada Rapat Paripurna di Kantor DPRD Sulsel, Jum’at (19/10/2018).

Hari jadi Sulsel sendiri dilaksanakan setiap tanggal 19 Oktober, pemilihan tanggal yang menetapkan sekaligus sebagai hari waktu lahirnya Provinsi Sulsel tersebut telah melalui kajian yang mendalam.

Pada kesempatan ini, Penjabat Sekretaris Daerah Sulawesi-Selatan Ashari F Radjamilo membacakan sejarah ringkas Hari Jadi Sulawesi Selatan. Dan berikut naskah lengkapnya:

SEJARAH RINGKAS
HARI JADI SULAWESI SELATAN

Gagasan lahinya hari jadi Sulawesi Selatan, berawal dari saat Mayor Jenderal H.Z.B. Palaguna, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, pada pertengahan Tahun 1993, ketika mengungkapkan keinginan menemukan suatu wahana yang dapat menjadi salah satu pengikat, dalam upaya memperkuat wujud kebersamaan dan persatuan, yang selama ini sudah dirasakan mulai berkembang dengan baik dikalangan masyarakat.

Namun, untuk menyatukan dalam suatu jati diri sebagai suatu wilayah, masih memerlukan upaya penemuan.

Dengan bergulirnya gagasan ini ke dalam opini masyarakat, maka masukan dari berbagai kalangan secara meluas mulai mengalir, yang pada pokoknya menganggap pentingnya nenemukan suatu wahana Hari Jadi untuk mempertegas jati diri Sulawesi Selatan.

Wahana Hari Jadi juga dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa dalam banyak pengalaman yang
dapat disimak, telah terbukti simbol Hari Jadi dapat memperkuat sinergi masyarakat dan pemerintah
dalam meningkatkan perannya terhadap pembangunan.

Atas tanggapan dan dorongan dari banyak pihak dan kalangan tersebut, maka telah mewujudkan
keberadaan Hari Jadi Sulawesi Selatan dimulai dengan suatu tahapan, dengan melakukan upaya
untuk menemukan momentum puncak ataupun kejadian penting di Sulawesi Selatan, yang dapat dijadikan dasar bagi proses perumusan yang akan ditetapkan kemudian sebagai momentum Hari Jadi Sulawesi Selatan.

Setelah menganggap gagasan ini telah matang, maka dimulai realisasinya dengan menetapkan suatu kepanitiaan dan penyusunan kerangka acuan untuk menyelenggarakan Seminar Hari Jadi Sulawesi Selatan yang kemudian diselenggarakan pada tanggal 18 dan 19 Juli 1995 di Ruanc Pola Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.

Peserta Seminar dikuti lebih 200 orang dari kalangan cendekiawan, tokoh masyarakat, pinisepuh, Pimpinan Daerah Tingkat I dan Tingkat beserta sejumlah Tokoh Daerah, Pimpinan Organisasi Politik
dan Organisasi Pemuda seSulawesi Selatan.

Seminar ini menampilkan 19 makalah utama dari para pakar dengan berbagai disiplin ilmu dan makalah kunci dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, serta sejumlah makalah
sumbangan serta tulisan lainnya dari bertbagai unsur secara spontan.

Pada forum seminar ini, berhasil dijaring sejumlah keinginan dari berbagai kalangan yang teruji dengan pembahasan dari sejumlah cendekiawan dari berbagai dinamis, forum seminar memberikan rekomendasi berupa rumusan usulan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan sebanyak 5 momentum puncak kejadian di Sulawesi Selatan yang layak dan pantas untuk dipertimbangkan dalam proses selanjutnya.

Dengan berpegang pada usulan tersebut, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan bersama staf, membahas segala aspek yang
berkaitan dengan pemaknaan untuk diajukan sebagai rumusan yang terbaik untuk diproses lebih lanjut.

Pembahasan secara mendalam yang dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah bersama staf, berkesimpulan bahwa, usulan momentum puncak kejadian di Sulawesi Selatan yang direkomendasikan oleh Forum Seminar Hari Jadi Sulawesi Selatan, memiliki bobot yang Sama nilainya sehingga tepat apabila dipadukan dalam suatu rumusan gabungan simbolik.

Dalam rumusan gabungan inilah, lahir dan terwujud tanggal 19 Bulan Oktober Tahun 1669 kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat Sulawesi Selatan, menuangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah Tingkat I sulawesi Selatan, untuk selanjutnya dibahas dan dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat 1 Sulawesi Selatan.

Atas penyampaian Rancangan Peraturan Daerah oleh Gubernur Kepala Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan melakukan proses pembahasan sesuai Peraturan Tata Tertib DPRD Tingkat I Sulawesi Selatan.

Proses pembahasan yang berlangsung amat ketat dan dinamis, setelah bersidang berkali-kali, baik siang maupun malam untuk mempertemukan perbedaan pandangan dan menyatukan persepsi, maka pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat
1 Sulawesi Selatan menyetujui dan menetapkan secara bulat, tanggal 19 Oktober 1669 sebagai Hari
Jadi Sulawesi Selatan, melalui Peraturan Daerah Tingkat Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 1995.

Ringkasan Arti dan Pemaknaan Gabungan Simbolik tersebut sebagai berikut:

Tanggal 19 (Sembilan belas) mengambil rujukan dari fakta dan data sejarah, dari bulan Oktober bemakna penting, karena dua monentum yang merupakan simbol kebersamaan dan persatuan
telah terjadi di wilayah ini, terupa peristiwa Kesepakatan Raja-raja di kawasan ini untuk mendukung DR Ratulang manjadi Gubernur pertama Provinsi Sulawesi pada tanggal 15 Oktober 1945 dan Peristiwa Rekonsiiasi Raja-raja bersaudara yang terlibat dalam Perang Makassar, dimana Rekonsiliasi ini berlangsung pada Bulan Oktober 1674.

Sedangkan Tahun 1669, merujuk pada fakta dan data sejarah berakhirnya Perang Makassar. Dalam tahun tersebut, telah terjadi peristiwa heroisme yang luar biasa, dimana para tubarani telah mempertaruhkan segala daya dan upaya dalam perang 40 hari 40 malam sebelum Benteng Somba Opu dihancurkan oleh pihak penjajah.

Semangat tak kenal menyerah telah direfleksikan para tubarani dengan melakukan gerakan hirah ke Pulau Jawa untuk bergabung bersama pejuang lainya untuk menentang penjajahan yang diwariskan hingga
pertengahan Abad XX.

Bagi mereka, kekalahan dalam pertempuran bukanlah kehancuran semangat untuk melanjutkan perang yang dapat dilakukan dimana saja untuk melawan kelicikan, kesombongan dan keangkaramurkaan.

Tahun 1669 itu, dalam pemaknaannya, merupakan titik awal suasana munculnya kesadaran bagi seluruh masyarakat daerah ini yang terlibat dalam Perang Makassar, bahwa mereka telah dipecah belah oleh pihak pihak asing yang bermaksud mengambil keuntungan dari pertentangan yang terjadi antara kerajaan bersaudara dan masyarakat yang masih terikat dalam pertalian darah (genealogis) yang dekat.

Pilihan pada tahun yang amat bersejarah itu, dimaksudkan agar tetap menggugah hati nurani dan kesadaran masyarakat Sulawesi Selatan sampai kapanpun, untuk tetap mewaspadai bahaya perpecahan, dengan menggali potensi kebersamaan dan mengembangkan persatuan di kalangan warga masyarakat Sulawesi Selatan, untuk melanjutkan Pembangunan Nasional yang berlangsung di daerah ini.

Demikianlah sejarah ringkas Hari Jadi Sulawesi Selatan sejak dari gagasan awal sampai dengan ditetapkannya tanggal 19 Oktober 1669 sebagai Hari Jadi Sulawesi Selatan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 1995. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.