MACCANEWS- Gubernur Sulawesi-Selatan Nurdin Abdullah (NA) mengukuhkan Liestiaty F Nurdin sebagai Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sulsel Makassar, Rabu (17/10/2018). Pengukuhan dilakukan pada acara Gebyar PAUD dan Rapat Koordinasi Bunda PAUD tingkat Provinsi Sulsel, di Ballroom Hotel Maxone, Makassar.
Dalam acara ini turut hadir Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Irman Yasin Limpo dan Bunda PAUD se-Kabupaten/Kota.
“Yang saya sayangi sebagai Ketua TP PKK Sulsel. Dan juga mantan Ibu Bunda PAUD Kabupaten Bantaeng yang saat ini sudah dikukuhkan sebagai Bunda Paud Sulsel,” Kata Nurdin Abdullah diawal sambutan menyapa istrinya.
Selanjutnya, NA menyampaiakan, bahwa dirinya begitu terkesan dengan semangat dan energi dari anak-anak yang hadir. Baginya, ini bentuk bahwa generasi Sulsel semakin baik dan sehat.
“Kita berharap anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Tentu bukan hanya kecerdasan yang kita bangun. Tetapi, bagaimana membangun karakter anak,” sebut Nurdin Abdullah.
Selain itu, bagaimana memperkuat moral, etika dan ahlak Anak Usia Dini. Masa kanak-kanak adalah masa menentukan karakter anak-anak ke depan.
NA menyebutkan, menjadi Guru PAUD dibutuhkan sebuah kesabaran, pendekatan juga harus berbeda dengan anak didik usia lainnya.
Ia juga meminta Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Irman Yasin Limpo, agar OPD yang dipimpinnya, memikirkan terkait tempat penitipan anak yang layak.
“Ke depan tidak ada salahnya, antara Pemerintah Provinsi Sulsel maupun kabupaten/kota untuk memikirkan bagaimana anak-anak bisa tumbuh menjadi manusia yang sehat dan kuat,” ujarnya.
Banyak model PAUD yang telah berhasil dapat dijadikan contoh dan diaplikasikan di Sulsel, di Jepang misalnya. Ia rencananya akan mengusulkan ke Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) agar guru-guru PAUD Sulsel bisa belajar dan berkunjung melihat PAUD di sana.
Pendidikan anak usia dini juga baginya, harus menyentuh kalbu. NA menceritakan, saat dirinya berada di usia PAUD terkait pendekatan dalam mendidik anak. misalnya, banyak orang tua yang melakukan dengan cara menakut-nakuti buah hatinya. Jika menolak untuk makan, akan ditakuti dengan kalimat-kalimat ancaman.
“Kalau kita dulu waktu kecil, mau makan susah dan menangis selalu kita ditakut-takuti, kalau tidak mau makan (suntik) dokter, tidak mau makan ditangkap polisi. Akhirnya, besar kita takut disuntik dan takut dengan polisi,” paparnya.
Metode pembelajaran yang ada, Ia harapkan juga dapat membuka wawasan pengenalan lingkungan pada anak.
Sedangkan untuk, Rapat Koordinasi Bunda PAUD tingkat Provinsi Sulawesi-Selatan, NA berharap lahir rekomendasi pengembangan PAUD.
“Mudah-mudahan melahirkan rekomedasi untuk mutu pengembangan PAUD kita ke depan,” pungkasnya.(*)