MACCANEWS– Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) melaksanakan dzikir dan doa akbar dalam rangka menyambut hari jadi Provinsi Sulsel yang ke-349. Kegiatan ini dirangkaikan doa bersama untuk korban bencana gempa dan tsunami Palu, Donggala dan Sigi di Sulawesi Tengah.
Acara dilaksanakan di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan di Jalan Sungai Tangka, Makassar, Jum’at (12/10). Dihadiri oleh Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah (NA), Forkopimda Sulsel, tokoh masyarakat dan tokoh agama dari dan asal Sulsel, ribuan jamaah, termasuk, anak yatim dan korban gempa (Sulteng).
Dilaksanakan secara sederhana dalam menyambut HUT Sulsel yang jatuh pada 19 Oktober mendatang. Tema yang diangkat “Sulsel Berdzikir”.
Kegiatan dimulai dengan melaksanakan salat Isya bersama dan juga salat gaib untuk korban gempa, pembacaan ayat suci Al-Qur’an serta doa bersama yang dipimpin oleh Ketua MUI Sulsel AGH Sanusi Baco. Dilanjutkan sambutan gubernur, tausiah dari Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar. Dan masuk ke acara inti zikir dan doa bersama yang dipimpin oleh Ketua Tim Dzikir Masjid Al-Markaz Al-Islami KH Maskur Yusuf.
“Masyarakat tentu merasakan cobaan ini yang terus melanda kita di Indonesia. Mulai dari Lombok, Sulteng dan terakhir kemarin di Jawa Timur, bahkan di Sulsel ada beberapa kabupaten juga mulai goyang. Tentu ini, kita harapkan bahwa malam ini kita semua hadir untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT,” kata Nurdin Abdullah diawal sambutannya.
Baginya, tidak ada persoalan yang tanpa solusi, bahwa bumi ini ada yang mengatur, tidak ada yang terjadi tanpa kehendak tuhan. Termasuk peristiwa gempa, dzikir dan doa merupakan upaya mendekat diri pada tuhan.
Selian itu, NA menekankan seorang pemimpin yang harus menjalankan amanah dengan baik, serta menjaga ukhuwah Islamiah, menjunjung tinggi warisan budaya seperti sipakatau dan sipakalebbi.
“Mimpi saya Sulsel harus menjadi miniatur tolerensi umat beragama, dengan ini saya kira Sulsel akan menjadi provinsi yang diberkahi,” sebutnya.
Terkait korban gempa, NA merasa haru dan bangga, melihat begitu besar rasa gotong royong masyarakat Sulsel dalam membantu, baik korban yang berada di Sulteng atau mereka yang mengungsi ke Sulsel yang berjumlah sekira 15.000 orang.
“Sengaja kami lakukan ini, supaya lebih mengetuk hati kita, bahwa tidak ada gunanya melakukan hal yang merugikan saudara kita yang lain. Inshaallah kita tidak akan melakukan pesta yang terlalu mewah, hari jadi Sulsel kita lakukan sangat sederhana,” paparnya.
Di hari jadi Sulsel akan dilakukan rapat paripurna di DPRD Provinsi Sulsel, untuk kilas balik apa yang sudah dicapai dan apa yang akan dilakukan ke depan, HUT yang ingin dicapai adalah hikmatnya.
“Terima kasih pada semua pihak yang sudah membantu baik yang di Lombok maupun Sulteng, baik relawan dan tim dokter dan juga masyarakat Sulsel,” ujarnya.
Sementara itu, dalam tausiahnya, Nasaruddin Umar menyampaikan, rasa salutnya atas bantuan yang telah diberikan oleh seluruh unsur yang ada di Sulsel kepada korban. Demikian juga dengan keputusan, melaksanakan peringatan hari jadi secara sederhana.
Di satu sisi bersyukur atas hari jadi Sulsel, namun di sisi lain, Sulteng sebagai provinsi tetangga ditimpa musibah.
“Sekalipun tidak ada musibah, justru yang paling tepat adalah kita lakukan seperti ini,” ujarnya.
Nasaruddin menyampaikan, dalam Al-Qur’an memperkenalkan tiga istilah, yakni azab, musibah dan bala’ yang memiliki arti dan makna yang berbeda.
“Apa fungsi musibah, untuk menguji ketaatan dan kadar keimanan hambanya, jadi musibah itu semacam ujian,” sebutnya.
Ia juga menekankan untuk tidak menyebut peristiwa yang terjadi di Indonesia seperti di Sulteng, Lombok dan Situbondo yang terjadi baru-baru ini merupakan sebuah azab.
“Kita tidak boleh menyakiti hati saudara-saudara kita,” pintanya.
Pada kesempatan ini, juga dilakukan penyerahan bantuan dari Bank Mandiri kepada korban, dimana diserahkan secara simbolis oleh Gubernur Sulsel dan Ketua TP PKK Sulsel Liestiaty F Nurdin. Penyerahan bantuan diserahkan kepada 10 warga Sulteng. Bantuan yang diberikan berupa tabungan dari Pemerintah Provinsi Sulsel dan juga perlengkapan sekolah.
Rutiani, ketua rombongan bercerita, mereka telah dua minggu berada di Sulsel sejak kejadian terjadi, “Alhamdullilah dengan kejadian itu sampai kita menginap di bandara (Lanud Hasanuddin), hingga kami ditampung oleh Yayasan Akar Panrita,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih pada Gubernur Sulsel, warga dan donatur yang telah memberikan bantuan.
“Gubernur Sulteng, melalui teman saya mengirimkan video, walaupun singkat, menyampaikan terima kasih, karena kami juga mendapatkan dana bantuan satu miliar,” ucap Rutiani.(*)