Lebih Dekat dengan Arif Saleh, Caleg DPRD Wajo Dapil I

oleh
oleh
Lebih Dekat dengan Arif Saleh, Caleg DPRD Wajo Dapil I

MACCANEWS– Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Begitulah prinsip yang selalu dipegang erat M.Arif Saleh dalam menapaki setiap niat baik yang lahir dari lubuk hatinya. Termasuk tekadnya maju menjadi calon anggota DPRD Wajo Dapil I Kecamatan Tempe.

Caleg nomor urut 7 di Partai Nasdem ini, merupakan pendatang baru di pemilu yang namanya semakin diperhitungkan. Figurnya masih muda, energik, dan punya kapasitas mumpuni yang layak dijadikan wakil rakyat.

Lantas, seperti apa perjalanan hidup dan sepak terjang M.Arif Saleh sebelum memutuskan terjun langsung sebagai kontestan di Pemilu 2019? Berikut catatan redaksi yang dihimpun dari berbagai sumber.

Alumnus As’adiyah ini selama beberapa tahun terakhir dikenal sebagai konsultan politik. Ia merupakan supervisor pemenangan di lembaga survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang bermarkas di Jakarta.

Meski adalah pendatang baru di Pemilu, tapi event politik bukan sesuatu yang asing baginya. Sepak terjangnya di JSI, membuat pria kelahiran Surae (Wiringpalennae) punya modal strategi dan pengalaman tersendiri.

Ditambah lagi, sebelum bergabung sebagai karyawan tetap di lembaga survei yang turut memenangkan PAMMASE di Pilkada Wajo, Arif Saleh adalah “spesialis” jurnalis politik. Ia pernah menjadi pengendali halaman politik Koran SINDO setelah lama menjadi jurnalis untuk desk politik di Sulsel.

Arif Saleh yang juga merupakan “anak kolong”, sebutan untuk putra-putri Polri/TNI atau keluarga purnawirawan, tentu punya hitungan tersendiri, sekaligus pertimbangan matang kenapa harus menjadi caleg. Pengalamannya sebagai di lembaga survei, serta eks jurnalis tentu saja tidak ingin “digadaikan” begitu saja jika ia tak punya target atau kalkulasi politik.

Apalagi, selama bergabung di JSI, Arif Saleh sering muncul di media-media dalam memberikan analisis-analisisnya. Sehingga sebuah pertarungan ketika memutuskan terjun langsung sebagai kontestan.

Putra dari Haji Salehe (Purnawirawan Polri di Polres Wajo) ini, selama meniti karier di lembaga survei dan konsultan pemenangan, memiliki pengalaman yang memadai. Diantaranya saat dipercayakan sebagai Juru Bicara Bupati Barru Andi Idris Syukur di Pilkada Barru 2015, ikut mendampingi Bupati Bekasi Jawa Barat Hj Neneng Hasanah saat Pilkada 2017, salah satu penanggungjawab relawan Barak Jakarta Utara untuk Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvi di Pilgub DKI Jakarta.

Selain itu pernah ditugaskan selama beberapa hari memberi pendampingan ke Wakil Bupati Kolaka Utara, Boby Alimuddin Page atau putra tokoh kharismatik Tabbae, Bone, almarhum Alimuddin Page. Terakhir dipercaya sebagai penanggungjawab tim media Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar di Pilgub Sulsel 2018, serta menangani dan mengoordinir isu, pemberitaan media Amran Mahmud-Amran SE (PAMMASE) di Pilkada Wajo 2018.

JSI yang ditempati Arif Saleh berkarier merupakan salah satu lembaga survei dan konsultan pemenangan yang digunakan PAMMASE saat Pilkada Wajo 2018. Di Pilkada 2013, JSI juga adalah lembaga yang digunakan Bupati Wajo Andi Burhanuddin Unru.

Nama Arif Saleh juga mulai dikenal oleh warga Wajo saat Pilkada 2018. Maklum, ia sering diminta wartawan dalam memberikan analisis politiknya. Mulai hitungan plus-minus pasangan, siapa figur yang dipersepsikan bisa berpasangan, maupun berulangkali menyebut jika PAMMASE unggul dibeberapa hasil survei internalnya.

Di saat beberapa lembaga survei mengunggulkan pasangan lain, Arif Saleh justru tak takut jadi bahan cercaan jika mengakui kalau tren survei PAMMASE sangat berpeluang besar memenangkan Pilkada saat itu. Sebab baginya, prilaku pemilih yang terpotret di hasil survei lembaganya, memang pasangan nomor urut 1 itu jauh mengungguli Barakka sebelum pencoblosan.

Perjalanan karier Arif Saleh yang didapatkan hingga saat ini, tentu saja tidak dicapai secara instan. Sebelum menjadi jurnalis hingga bergabung di JSI, Arif yang pernah ditugaskan selama satu bukan melakukan peliputan tentang transportasi dan infrastruktur jalan di Jepang, juga sangat matang di organisasi.

Di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang ditempati melanjutkan pendidikannya setelah tamat dari Aliyah As’adiyah di Kampus Putra di Macanang tahun 1999, Arif Saleh tergolong aktif di organisasi.

Mulai bergabung di Forum Komunikasi Alumni As’adiyah (FKMA) UIN, berproses di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dari komisiariat Syariah, menjadi Ketua Umum Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Gowa Raya, hingga pernah menjadi kandidat Ketua Umum Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) LAPMI PB HMI di Munas LAPMI se-Indonesia di Bandung, Jawa Barat.

Selain di organisasi ekstra tersebut, selama kuliah, Arif Saleh tercatat sebagai salah satu aktivis. Pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Syariah, maupun diamanahkan sebagai Ketua Umum UKM LIMA Washilah UIN Alauddin, hingga aktif di Presedium Pers Mahasiswa Makassar.

Bukan hanya itu, selama menjadi aktivis mahasiswa, Arif Saleh aktif di forum dialog antar agama. Setiap saat mengikuti dan menggelar pelatihan yang pesertanya merupakan perwakilan dari aktivis mahasiswa dan pemuda dari masing-masing agama.

Tak heran, eks Koordinator Liputan Harian Inilah ini, punya banyak teman dari mahasiswa non-muslim saat itu. Dan berkat pergaulannya itu pula, arti pluralisme juga sangat dimaknai oleh Arif.

Ditambah lagi kala mahasiswa, Arif pernah tercatat sebagai pengurus PP Hipermawa. Dan sebelum diamanahkan sebagai pengurus, Arif Saleh mendapat tanggung jawab menjadi ketua panitia musyawarah besar atau konfrensi Hipermawa Pusat. Setelah itu, ikut menjadi pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel,

Organisasi lain yang pernah digeluti MAS BRO (M.Arif Saleh Bersama Rakyat Wajo), adalah Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) Sulsel, serta didaftarkan menjadi pengurus HIPMI Makassar. Begitu pun saat Persatuan Indonesia masih menjadi ormas, Arif menjadi pengurus di tingkat provinsi.

Lainnya, Arif Saleh merupakan salah satu perintis sekaligus ketua umum pertama Perhimpunan Jurnalis Ajatappareng (Pijar) saat ditempatkan sebagai jurnalis di Kota Parepare selama sekira 7 bulan di tahun 2007-2008.

Sederet pengalaman dan sepak terjang Arif Saleh tentu bisa dijadikan modal besar untuk menjadi wakil rakyat. Kapasitas yang mumpuni, serta figurnya yang masih muda dan enerjik, bisa menjadi salah satu faktor pembeda.

Pengalaman dan sepak terjang Arif terasa mulai sejalan dengan pergerakannya di Dapil I Tempe. Meski di Dapil ini dipersepsikan sebagai ‘dapil neraka’, tapi Arif mulai mendapat tempat tersendiri, atau sering diperbincangkan.

Pengenalannya di Dapil Tempe kini hampir setara dengan wajah-wajah lama, termasuk para incumbent. Ia tergolong cepat meningkat dalam hal popularitas, meski pergerakan sosialisasi langsungnya baru tercatat di garis star.

Tipikalnya yang mudah berkomunikasi, bersahabat dan tidak membatasi jarak, menjadi pembeda tersendiri. Ditambah lagi, tak kaku dalam berinteraksi dengan semua lapisan.

Dari potret di atas, tak salah jika Arif Saleh layak dimasukkan sebagai wajah baru yang patut diperhitungkan untuk merebut satu kursi di Dapil Tempe. Apalagi, di setiap kesempatan Arif Saleh selalu menegaskan keseriusannya maju menjadi caleg.

“Saya mohon doa, restu dan dukunganta’. Saya pulang untuk mengabdi. Insyaallah, MA’7 ki’ ridecengnge,” pinta Arif Saleh. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.