MACCANEWS- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menduga ada setidaknya 5.000 orang hilang akibat likufaksi di Balaroa dan Petobo paska gempa bermagnitudo 7,4 SR mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat 28 September 2018 lalu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers, Minggu, 7 Oktober 2018 mengungkapkan, data tersebut didapatkan dari hasil laporan kepala desa Balaroa dan Petobo.
“Balaora dan Petobo mengalami fenomena likuifaksi pada saat gempa 7,4 skala richter mengguncang Kota Palu dan sekitarnya pada 28 September yang lalu,” kata Sutopo.
Dia menjelaskan, likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa. Secara keseluruhan rumah yang rusak di Balaroa akibat fenomena itu mencapai 1.045 unit.
“Sementara jumlah rumah yang terdampak likeufaksi di kawasan Petobo sebanyak 2.050 unit. Permukiman di sana tepat berada di jalur sesar gempa,” kata pria yang hari ini berulang tahun ke 49 ini.
Kendati demikian, BNPB masih terus melakukan verifikasi mengenai jumlah korban yang hilang. Tidak menutup kemungkinan laporan itu keliru. “Karena bisa saja ada penduduk yang mengungsi ke daerah lain, namun dianggap hilang,” ujarnya.
Tak hanya melakukan verifikasi data korban, Sutopo mengatakan timnya akan terus berupaya melakukan evakuasi di dua kawasan tersebut.
BNPB menargetkan upaya evakuasi dapat selesai pada 11 Oktober 2018. “Bila korban tak ditemukan maka akan dinyatakan hilang,” ujarnya. Sementara itu mengenai korban meninggal, hingga saat ini mencapai 1.763 orang. (*)