Oleh : Westy Tenriawi, SKM,M.Kes
Perubahan masa dari waktu ke waktu yang tidak lekang oleh peristiwa terkadang membuat kita merasa dan belajar tentang bagaimana sebuah perjuangan menyongsong perubahan yang akan datang tentunya untuk sesuatu yang lebih baik, jika dalam dunia akademik, Institusi dan perguruan tinggi sebuah perubahan dilakukan salah satunya adalah aksi dan melawan, maka jejak mahasiswa di Sulawesi Selatan terkhusus Kota Makassar dalam betuk pergerakan mahasiswa tidak mungkin menoreh cerita panjang tanpa seorang yang besar di dalamnya, ialah Mantan Pembantu Rektor III Bidang kemahasiswaan, dimasanya, Guru besar Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Pakar Politik Kesehatan, Prof.Dr.H.Amran Razak, SE.MSc mengantarkan kita pada sebuah gerbang Memori tentang pergerakan Mahasiswa yang sesungguhnya adalah sebuah perjuangan nalar, fisik dan emosional yang bercampur aduk menjadi suatu tujuan mulia “ Perubahan” dalam bukunya 98-99, dengan almamater kecintaan kita” jas merah” yang tidak kenal lelah dalam perjuangan menuntut dan mengawal gerakan Reformasi hingga tuntas.
Menikmati sebuah pencapaian besar adalah bijak jika melihat siapa aktor yang berperan dalam mengantarkan capaian tujuan, dalam perjuangan bangsa Indonesia ada banyak para pahlawan kita yang patut di junjung dan di hormati sebagaimana layaknya mereka yang telah berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan, mengantar Rakyat Indonesia dari kesengsaraan menuju kehidupan sejahtera, merdeka, tentram dan damai, dan sekarang adalah saatnya mengsi kemerdekaan dengan hal-hal positif, reformasi yang menjadi cita dan perjuangan mahasiswa di era 98-99 menjadi gerakan mulia bagi para pejuang dan pemikirnya untuk membebaskan Rakyat dari jeratan ekonomi, keterpurukan sosial dan sebagainya dalam bentuk pergerakan Mahasiswa, salah satu cara dalam mengisi pembangunan mengawal demokrasi di Negara kita.
98-99 dan Pergerakan Mahasiswa
Dan belajar melihat sejarah dari sejarah yang sebenarnya mengantarkan kita pada cakrawala berfikir sistematis dan ilmiah tentang peristiwa yang sesungguhnya terjadi, menghargai bentuk peristiwa silam sebagai jejak sejarah pemicu peristiwa saat ini, dalam Buku 98-99 yang kini menjadi karya akademik yang dapat dibaca oleh kalangan akdemisi ataupun lainnya jelas tergambarkan bagaimana perjuangan mahasiswa mulai dari menyusun strategi pergerakan dalam menyisir jalan dan menetapkan titik demonstrasi agar tujuan dapat tersampaikan pada mereka yang seharusnya mendengar, bagaimana teriakan mahasiswa menggetarkan raga hingga masuk direlung-relung nurani mereka yang dianggap bertanggung jawab menyelesaikan persoalan bangsa yang mencekik rakyat. Teriakan “Hidup Mahasiswa” yang menjadi jargon adalah obor semangat bagi pergerakan teman-teman mahasiswa saat itu.
Dan serangkaian peristiwa dikampus merah yang amat panjang tertoreh sebagai satu masa mulai dari Peristiwa PKM unhas, moment-moment Rektorat Unhas, yang menegaskan eksistensi sebagai salah satu Institusi pendidikan ternama saat itu menjadikan mahasiawa-mahasiswa dari kampus ini begitu “ Kokoh” dalam perjuangannya dan salah satu perisai yang ada dalam pergerakanya adalah bantuan emosianal, fikiran dan motivasi dari petinggi-petinggi kampus, yang salah satunya adalah PR III kala itu, salah seorang pengajar di jajaran Fakultas kesehatan Masyarakat.
Menduduki Bandara Hasanuddin
Dari banyak kisah sejarah 98-99, salah satu yang menarik adalah Pergerakan Para pasukan Jas Merah yang beralih menduduki Bandara Hasanuddin. Dalam buku 98-99 “ Bandara Mandai 13 November 1998….Ratusan Mahasiswa Unhas berjaket almamater berwarna merah menggermuruh,tumpah ruah berkendara mobil truk dan sepeda motor, mereka mengepung bandara,menyusup masuk melalui pintu jenazah, atau cargo,ratusan motor berkeliaran melingkar-lingkar mengelilingi apron dan landasan area pacu bandara hasanuddin yang telah dipenuhi pesawat yang baru landing dan akan take off,tiba-tiba semua orang yang menyaksikan demo akrobatik itu merasa bingung dan gelisah, mengapa rombongan jaket merah tersebut bisa lolos.”
Berhaslinya mahasiswa saat itu masuk dan menduduki bandara yang sudah berubah status menjadi bandara International adalah salah satu cerita heroik yang patut menjadi acuan pergerakan mahasiswa saat ini, yang tidak semata berteriak menyampaikan asprasi dijalan dengan tujuan dan visi misinya kemudian mengindahkan fasilitas umum dan keamanan masyarakat. Jika sebuah perjuangan pergerakan menyampaikan tuntutan dan aspirasinya dengan mengkondisikan kejelasan tujuan dan kualitas dan kuantitasnya maka aspirasi akan tepat sasaran.
Jika kisah ini mampu menyemangati segala bentuk perjuangan pergerakan mahasiswa kedepannya sebagai satu ujung tombak pengisi kemerdekaan dan pembangunan saat ini maka kisah lainnya di balik 98-99 yang tidak kalah heroiknya adalah ketika PR III, Amran Razak, sontak berteriak lantang Dalam 98-99 di ceritakan “ Tembak aku dulu baru kalian bisa menggilas mahasiswaku “ Teriakannya seperti sebuah peluru sebelum peluru sebenarnya diletupkan kala itu dan setelah saat itu, perjuangan pun tetap berlanjut demi wujud Reformasi yang menjadi cita-cita pergerakan.
Menuju Reformasi
98-99, sebuah sejarah Menyongsong Reformasi dari Belahan bumi Indonesia bagian timur dengan lakon mahasiswa-mahasiswa pemberani tanpa kenal lelah, para Petinggi-petinggi Kampus Di Kota Makassar yang dengan semangat Reformasi yang jika terlupakan maka merugilah kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Kerena Untuk melawan Lupa, maka melihat sejarah dari sebuah sejarah yang sesungguhnya adalah Mengucap dan Menjunjung Kebenaran. (*)