MACCANEWS -Matahari sudah menepi ketika anak-anak dipesisir pantai duduk berkelompok. Terdapat tiga kelompok yang sedang duduk membentuk setengah lingkaran. Sesekali terdengar suara teriak “Saya kak”, dengan semangat dan rebutan agar dipilih oleh kakak yang ada dihadapan mereka, begitulah sabtu sore di Marbo, Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo.
Dengan memanfaatkan anjungan Marbo yang panjangnya tak sampai 50 meter sebagai kelas. Anak-anak pesisir marbo belajar bersama sambil didampingi oleh Anggota komunitas Ruang Abstrak Literasi (RAL). Kegiatan belajar kelompok tersebut adalah agenda rutin setiap akhir pekan komunitas RAL.
Ferdiansyah yang merupakan pendiri komunitas RAL menjelaskan kegiatan tersebut bernama kelas belajar anak pesisir. Yang menjadi faktor kegiatan ini dibentuk masih banyaknya anak-anak yang belum bisa membaca.
“Sebelumnya kami berinteraksi dengan anak disini dan ternyata banyak anak yang belum bisa membaca padahal sudah memasuki usia sekolah. sehingga kami berinisiatif membentuk kelas belajar pesisir”, jelas Ferdi beberapa waktu lalu.
Siswa dari kelas pesisir terdiri dari berbagai usia antara 5-15 tahun yang keseluruhanya anak nelayan. Mereka juga ada yang sekolah di sekolah formal dan sebagiannya lagi putus sekolah.
Ferdi menambahkan, yang mengajari anak-anak itu adalah anggota RAL yang dinamakan teman belajar pesisir. Tenik belajar yang digunakan teman belajar pesisir secar interaktif dan menyatu dengan alam sekitar.
“Kami tidak hanya mengajakan membaca menulis. Kami juga mengajari berhitung, mendongengkan mereka dan menyanyi serta kami ajak bermain bersama, namun tetap bermanfaat. mereka tidak diwajibkan memanggil dengan sebutan guru, cukup memanggil kakak saja”, ucapnya.
Ferdi mengaku, anak-anak sangat senang dengan proses pembelajaran seperti itu. Bahkan sejak kelas pesisir ini dibentuk 1 tahun lalu, anak pesisir selalu bersemangat mengikuti kegiatan yang ada dikelas pesisir.
Salah satunya Tiara siswa yang saat ini duduk dikelas 5 SD. Tiara juga bersekolah disekolah yang ada didekat rumahnya. Akan tetapi ia juga suka dan mengikuti kelas anak pesisir. Baginya begitulah cara menghabiskan akhir pekannya dengan belajar bersama kakak yang mengajarinya.
“Biasanya kami memanggilnya dengan sebutan kakak saja terkadang kami diajari menyanyi, membaca, berdoa, dan berhitung dan sangat menyenangkan belajar bersama kakak”, ujar Tiara sambil tersenyum
Tiara mengatakan, bahwa dirinya lebih menyukai belajar bersama teman belajar pesisir dan mengikuti kelas belajar pesisir dibanding belajar disekolah dengan guru. Dia menuturkan bahwa ia lebih cepat mengerti jika di ajari oleh kakak dari komunitas RAL.
“Saya lebih suka belajar sama kakak itu dibanding sama guru disekolah biasanya guru disekolah menjelaskan dengan cepat. Dan yang lebih asyik kita belajar dialam terbuka”, tuturnya.
Rasa senang juga dirasakan Rezky dengan kehadiran kelas belajar pesisir. Rezky tak seberuntung Tiara yang masih belajar disekolah. Rezky harus berhenti sekolah untuk membantu orang tuanya mencari nafkah.
Anak keempat ini berujar bahwa dirinya tak tahu membaca bahkan tak mengenal huruf “Saya dulu tidak bisa membaca. namun kini walaupun terbata-bata saya sudah bisa”. ungkapnya.
Hadirnya kelas belajar pesisir ditengah masyarakat rupanya membawa angin segar. warga menilai kegiatan yang dilakukan oleh anggota komunitas ruang abstrak litersi sangat bermanfaat. Hal ini dikarenakan anak-anak didaerahnya jadi memiliki motivasi yang kuat dalam belajar.
Suwardi yang tidak lain ayah Tiara menjelaskan dulunya anak disini tidak memiliki semangat belajar dan tidak mau bercita-cita. Akan tetapi hadirnya ruang abstrak literasi dapat mengubah maind set anak-anak tersebut.
“Dulunya anak disini enggan belajar. mereka mungkin berfikir buat apa belajar mending bekerja cari uang. Setelah komunitas ruang abstrak literasi datang semangat belajar anak disini tumbuh”, ceritanya.
Tak lupa bapak tiga anak ini mengharapkan agar kegiatan ruang abstrak literasi tidak cuma diMarbo saja, tetapi bisa merata keseluruh daerah dikelurahan Tallo. Sehingga warga tau betapa pentingnya pendidikan.
Diakhir dirinya mengatakan, mengapresia kegiatan muda-mudi yang datang setiap sabtu dan minggu, meluangkan waktunya untuk mengajari anak-anak.
“Setidak masih ada anak muda yang memiliki rasa empati. Setidaknya ditempat ini ada sebagian anak yang tidak besekolah sehingga kehadiran komunitas ini bisa mengajari anak tersebut”, harapnya. (*)