oleh: Renny Puteri Harapan Rani Rasyid S.I.Pem, M.AP
(Alumni Program Magister STIA-LAN Makassar, konsentrasi Administrasi Pembangunan Daerah).
Langkah Pemkab Gowa menetapkan event “Beautiful Malino” sebagai agenda tahunan merupakan sebuah inovasi yang “fresh” di sektor pariwisata kab. gowa. tentu ini patut diapresiasi sebab pada era pemerintahan bupati gowa, Adnan Purichta IYL inilah yang menginisiasi dan memberikan atensi khusus terhadap objek wisata malino yang sudah sejak dulu dikenal karena berada di konktur daratan ketinggian dan cuaca dingin yang khas.
Malino memang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat di kab gowa, bahkan se-sulsel hingga wisatawan lokal yang berasal dari luar kota. sejak puluhan tahun lalu objek wisata malino menjadi magnet tersendiri karena karakter masyarakat lokal yang ramah dan terbuka dalam menerima para wisatawan, juga dengan adanya home industri yang menawarkan jajanan khas malino yakni ten-teng, dodol, buah markisa, sampai es cendol sepanjang jalan tanjakan di pasanggrahan dan di pasar tradisional malino.
Rencana pemkab gowa untuk mengalokasikan anggaran demi peningkatan infrastruktur di malino dan rancangan perda sebagai dasar hukum merupakan keputusan yang tepat dan patut mendapat dukungan dari seluruh pihak khususnya masyarakat gowa. hal itu juga sebagai bukti keseriusan pemkab dalam membangun potensi wisata yang ada agar terus eksis sehingga perlu ditunjang perencanaan yang matang dan dukungan semua pihak guna mengurai kendala dan mengatasi hal-hal yang dianggap masih menjadi persoalan.
Oleh karena itu ada baiknya pemkab juga memberikan sosialisasi secara bertahap kepada masyarakat kab. gowa terkhusus pelibatan terhadap masyarakat setempat melalui dialog dan diskusi terbuka, mendengarkan masukan serta aspirasi yang ada untuk kemudian dijadikan salah satu dasar pertimbangan menentukan bagaimana arah inovasi event “beautiful malino” selanjutnya. Pemkab gowa juga dapat memberikan fasilitas berupa pelatihan dan stimulasi kepada masyarakat yang memiliki home industri makanan untuk terus menggagas dan menghadirkan aneka pangan sehat dan khas dengan memanfaatkan hasil alam yang ada sebagai produk pangan lokal yang digandrungi para wisatawan dan terus meningkatkan mutu produk andalan khas malino.
Pada sisi lain, hal krusial yang harus diperhatikan oleh pemkab dalam perencanaan infrastruktur pada objek wisata malino adalah dampak ekologis. pemkab dan masyarakat lokal sebagai subjek lingkungan utama pada nantinya tentu harus memikirkan tentang hal ini sebelum melakukan inovasi lanjutan. mengacu pada apa yang dipaparkan oleh intergovernmental panel of climate change (IPCC) bahwa “peningkatan suhu rata-rata global pada pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh meningkatnya aktifitas manusia melalui efek aktifitas rumah kaca dan diperparah dengan maraknya kebijakan pemerintah yang kurang berbasis pada ekologi”, sehingga dampak ekologis yang tidak berpihak pada pemeliharaan lingkungan dapat dihindari semaksimal mungkin. terlebih lagi karena objek wisata malino memang dikenal dengan hawa dinginnya sebagai salah satu “interest factor” tentu harus diperhatahankan.
jika rencana baik yang sedang digagas oleh pemkab gowa ini berjalan lancar, dan pemkab dapat memberikan perhatian lebih terhadap dampak ekologis sesuai dengan konsep sustainability development, maka ke depannya “Beautiful malino” jelas merupakan event tahunan yang akan ditunggu dan diminati banyak wisatawan lokal maupun mancanegara, dan tentu menambah daftar objek wisata andalan yang menjadi kebanggaan di sulsel. Dengan sendirinya penyelenggaraan agenda “beautiful malino” akan ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal di malino dan menambah PAD kab. gowa sebagai upaya peningkatan pembangunan menuju daerah yang lebih maju pada masa datang. (**)