MACCANEWS- Pasangan calon Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) hampir pasti menjadi pemenang di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2018. Real count KPU Sulsel, pun mengunggulkan pasangan ini.
Sejauh ini, data masuk di server KPU RI dari C1 Tempat Pemungutan Suara (TPS) sudah di atas 70 persen, dengan 43.34 persen Prof Andalan.
Pengamat politik universitas Hasanuddin (Unhas) Iqbal Sultan menyebut, bahwa keunggulan Prof Andalan sebenarnya berasal dari kinerja yang ia lakukan selama ini.
“Nurdin Abdullah (NA) itu menuai hasil yang mereka lakukan sebagai sebuah proses menajemen kampanye yang moderen. Ada yang kadang terlupa pada tim lain, sering lupa yakni terlalu sering bersama konunitas sendiri. Tapi, NA menyebar ke seluruh daerah,” kata Iqbal Sultan, Kamis (28/6/2018).
Menurut Iqbal, NA selama masa kampanye terlihat begitu massif mobilitasnya ke daerah-daerah pelosok. Pergerakan itu, kata dia ditunjang dengan tim pemenangan yang disebar ke daerah-daerah. Kemenangan di 16 kabupaten/kota, kata dia cukup realistis.
“Lagi pula, NA sebenarnya itu tidak kampanye selama 6 bulan, tapi sudah 10 tahun. Begitu dia menjadi Bupati Bantaeng, dia memanage Bantaeng jadi pikat untuk orang-orang, dan menjadikan itu sebagai ajang sosialisasi untuk dirinya sendiri, jadi iklan gratis,” beber Iqbal.
Data itu juga memperlihatkan sejumlah fakta, diantaranya Prof Andalan mampu menang di daerah-daerah yang bupati/wali kotanya berasal dari partai lain. Misalnya, Parepare, Jeneponto, Bulukumba, Soppeng, juga Wajo. Kondisi tersebut, kata Iqbal menunjukkan fenomena sendiri.
“Jadi bisa kita lihat disini, dimana peran partai, partai tidak berdaulat disini, rakyatlah yang berdaulat disini. Partai rupanya tidak mampu, mengarahkan. Dan ini bisa menjadikan kepercayaan terhadap partai makin tergerus,” katanya.
Apalagi, efek ketokohan Nurdin Abdullah, lanjutnya, lebih besar dari kandidat mana pun, ia dikenal dari ketokohannya. Di sisi lain, ia menyebut bahwa jika real count yang dimiliki KPU sudah berada pada angka 70 persen, maka akan sulit diubah. (*)