MACCANEWS– Lembaga survei yang ‘melacurkan diri’ bagian dari kandidat tertentu lalu menggiring opini hasil survei subjektifnya menguntungkan jagoannya dan melemahkan rivalnya, diingatkan untuk berhenti melakukan ‘tipu-tipu’.
Dewan Syuro Front Pembela Islam (FPI) Sulsel, Abu Toriq mengingatkan, pelaku lembaga survei tidak memanipulasi data penelitian demi mengejar keuntungan semata.
“Lembaga survei harus jujur kepada masyarakat. Jika lakukan survei hanya titipan dan bohongi masyarakat di bulan yang suci ini, itu dosa,” kata Abu Toriq, Minggu (20/5/2018).
Menurutnya, dalam masa bulan suci Ramadan harus jujur menyampaikan hal yang benar kepada publik. Karena jika bulan suci ramadan dikotori dengan kebohongan dan ketidakjujuran maka Azab Tuhan akan dihadapi.
“Jangan hanya karena titipan, baru abaikan kejujuran, sehingga halal haram hantam saja. Apalagi umumkan saat puasa. Tolong ingat Azab Allah, dan Allah sangat murka,” tegas Abu Toriq.
Menurutnya, bahwa rakyat tidak bodoh dan tidak mudah percaya sepenuhnya kepada lembaga-lembaga survei. Apalagi hanya disampaikan oleh pihak atau oknum yang punya kepentingan saat Pilkada ataupun Pilgub.
Ia berpendapat, saat ini juga para paslon dan lembaga survei mengerjakan kebaikan. Tapi harus mengajarkan keselamatan dan kejujuran bagi masyarakat.
“Kejujuran bukan hanya di bulan ramadan. Tapi hari lain jua, oleh sebab itu semua teman-teman di politik, baik paslon atau lembaga survei harus takut kepada Allah SWT, jadi jangan menipu Rakyat,” pungkasnya.
Sebelumnya, pemerhati demokrasi di Sulsel, Damin Sampe Suso menyoroti survei yang dilakukan oleh SSI yakni Yuhardin.
Menurutnya, selama Yuhardin aktif mendampingi NA untuk sosialisasi, seharusnya tidak (melacurkan diri) seolah olah menempatkan diri profesional, namun ketahuan diduga pesanan dari NA.
“Kan malu sendiri, seolah-olah profesional, tapi ketahuan bagian dari NA. Jadi kesannya itu hanya pencitraan untuk menggiring opini kalau lembaga Survei unggulkan NA,” terang Damin Sampe Suso.
Mantan pengurus GMKI Makassar ini mencurigai, jangan sampai menggiring opini unggul survei untuk mencoba menutupi berbagai isu lainnya. Seperti kebohongan yang sering dialamatkan ke NA, khususnya tak mampu membuktikan pernyataannya soal ekspor perdana nikel 5 Mei lalu.
“Sangat kentara sekali dari data yang dimunculkan. Targetnya Kandidat yang punya peluang besar ditempatkan seolah-olah mengalami penurunan survei,” terangnya. (*)