MACCANEWS – Nurdin Abdullah (NA) boleh saja mencitrakan klaim keberhasilannya. Tapi fakta di lapangan jika banyak yang diucapkan tidak sejalan dengan kenyataan makin terkuak.
Setidaknya ini nampak saat tiga kali debat kandidat. Termasuk debat pamungkas, Rabu (9/5/2018) malam. Pada debat kandidat pertama, NA dengan lantang menyampaikan undangan terbuka untuk menghadiri Ekspor Perdana Nikel di Bantaeng.
Termasuk di debat kedua, NA mempertegas kembali saat ditanya oleh Nurdin Halid mengenai ekspor tersebut. Begitu percaya diri menyebut jika ekspor tersebut akan terealisasi.
Namun janji itu tak berhasil diwujudkan. Tak ada ekspor di 5 Mei seperti yang didengungkan. Malah ketika tersudut ia seolah lepas tanggung jawab. Termasuk ketika ditanya oleh Ichsan Yasin Limpo di debat pamungkas.
Ichsan Yasin Limpo (IYL) mendapat kesempatan bertanya kepada NA langsung melayangkan “pertanyaan mematikan”. Dia mempertanyakan gaya seolah-olah NA yang dibully. NA langsung bergelagat soal undangan terbukanya tempo lalu.
“Saya dulu mengatakan, tunggu undangan peresmian ekspor. Itu tertunda, jadi apapun kita tidak punya kekuatan, kecuali yang maha kuasa,” kata NA pada debat kandidat ketiga di Jakarta, Rabu (9/5/2018) malam.
Padahal, sangat jelas dari berbagai rekaman dan live streaming stasiun TV nasional, NA dengan PeDe (Percaya Diri) mengundang Agus di hadapan publik.
“Jadi saya undang tanggal lima bulan Mei, kita akan melaunching ekspor perdana nikel,” kata NA kala itu.
Lagi-lagi, di debat kandidat ketiga, NA melakukan pembelaan. Tapi pembelaan NA malah mendapat teriakan dari peserta yang menyaksikan debat di stasiun TVRI.
Bahkan, dalam kesempatan Itu, NA lagi-lagi mengeluarkan wacana yang belum terbukti. Tentang tenaga kerja yang diserap.
Menanggapi gelagat NA, IYL yang diberikan kesempatan untuk menaggapi balik langsung mengingatkan, agar NA hati-hati untuk berjanji kepada rakyat jika tidak mampu dikerjakan.
“Pak Nurdin hati-hati, bapak pejabat publik. Yang dipegang adalah kata-katanya. Bahaya kalau mengeluarkan kata-kata yang memang tidak dikaji sebelumnya,” tandasnya.
Bukan hanya itu, NA juga seperti kebingungan saat ketahuan jika rumah sakit internasional yang dibanggakan di Bantaeng, ternyata masih kelas tipe C. Dan itu tak mampu dijawab. (*)