MACCANEWS– Pilgub Sulsel 2018 kian dinamis. Publik dalam beberapa hari terakhir menyoroti sosok Nurdin Abdullah. Isu negatif menerpanya, setelah banyak khalayak yang kecewa dan mengecapnya sebagai pembohong.
Kebohongan yang dialamatkan kepada Nurdin Abdullah terkait dengan koar-koarnya soal kesuksesan Bantaeng yang akan mengekspor nikel. Nurdin berkoar-koar perihal ekspor itu saat debat kandidat. Asal mulanya, Nurdin seolah terjepit ketika ditanyai kenapa banyak investasi gagal di Bantaeng.
Faktanya, ekspor itu tidak terjadi. Yang membuat aneh, kubu Nurdin Abdullah kerap melansir survei yang menempatkan mereka di posisi teratas. Tak pernah ada di posisi lain.
Malah kesannya mengeneralisir semua lembaga kalau mengunggulkannya. Padahal faktanya, banyak lembaga survei profesional justru mengunggulkan Kandidat lain.
Fenomena ini ditanggapi Pengamat Politik Unhas, Aswar Hasan. Menurut Aswar, ada hal yang bertolak belakang. Antara kinerja Nurdin Abdullah selama ini dengan survei versi kubunya.
”Strategi memanfaatkan rilis survei dapat menjadi bumerang bagi Nurdin Abdullah. Jangan sampai, dengan keunggulan yang terus ia banggakan dan sampaikan ke publik tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan,” papar Aswar, mengawali analisanya, Senin (7/5/2018).
Menurut Aswar, hasil survei bisa saja dimanfaatkan sebagai metode pencitraan yang menjadi arena permainan data sampel. Tetapi berita-berita tentang kenyataan itu adalah fakta yang nanti akan saling bertolak belakang. ”Antara fakta dan citra buruk Nurdin Abdullah dengan data survei yang sebaliknya,” kata Aswar Hasan.
Dengan rilis survei yang tinggi diselaraskan dengan janji-janji politiknya, lanjut Aswar, Nurdin Abdullah malah akan banyak mendapat pertanyaan dari publik.
“Jadi Ini dua hal yang berbeda. Berita terkait kejadian di Bantaeng itu (ekspor nikel yang tidak ada) merupakan fakta yang memposisikan Nurdin Abdullah sebagai citra yang buruk. Kemudian Bantaeng sebagai kota buah yang tidak pernah ada buahnya dan dirasakan oleh masyarakat Makassar,” jelasnya.
Hal ini pula, lanjutnya, yang akan menjadi ‘senjata makan tuan’ bagi Nurdin Abdullah demi perjuangannya memenangkan Pilgub Sulsel. Masyarakat tentunya cerdas dalam melihat mana calon pemimpin yang jujur, komitmen dan berintegritas yang baik.
“Nantinya akan berproses berhadapan dengan fakta kenyataan dilapangan. Nah ini bisa menjadi kontraproduktif dari Nurdin Abdullah pada waktu-waktu tertentu tergantung bagaimana ia mengelolanya,” tandasnya. (*)