‘Sosok AHY dalam Wacana Poros Ketiga’

oleh
‘Sosok AHY dalam Wacana Poros Ketiga’

Oleh: Silvariyadi Rahman, S.Sos, MM (Pengusaha Muda dari BandungKader Partai Demokrat)

Membentuk “Poros Ketiga” di Pilpres 2019?

Wacana ini kian ramai diperbincangkan di ruang publik. Menarik perhatian berbagai kalangan. Melahirkan harapan munculnya alternatif calon presiden di luar calon yang ada: Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Seperti diketahui, isu ini muncul dari gagasan Presiden PKS Sohibul Iman. Ia mendorong Partai Demokrat bersama PAN dan PKB membentuk poros baru di Pilpres 2019. Alasannya, agar kontestasi pilpres bisa diikuti calon presiden alternatif.

Tentu saja, ada yang mempertanyakan signifikansi wacana ini. Seberapa pentingkah calon alternatif dalam kontestasi pilpres tahun depan? Selain itu, apakah ada calon alternatif itu, yang mampu jadi pembanding di antara calon-calon yang ada?

Tentu harus dimaklumi, sangat lumrah, setiap isu atau wacana baru akan melahirkan sikap pro dan kontra di tengah masyarakat. Apalagi dalam memilih calon presiden. Pemegang tampuk kekuasaan negara. Tokoh yang akan menentukan hitam putih perjalanan sejarah anak bangsa minimal lima tahun ke depan.

Adanya sikap pro dan kontra, bagaimanapun, menunjukkan adanya dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Lebih tepatnya lagi, masyarakat semakin dinamis dalam melihat persoalan politik masa depan. Dengan kemajuan teknologi, terutama teknologi informasi, setiap isu disambut sekaligus direspon masyarakat dengan cepat. Setiap isu berkembang tidak lagi dalam hitungan hari, minggu atau bulan. Tapi secara “real time”. Dalam tempo singkat. Dalam hitungan menit, bahkan detik.

Apalagi kemudian diketahui, elite PD-PAN-PKB melakukan pertemuan di Mal Pacific Place, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Maret silam. Dan ditengarai, yang dibicarakan dalam pertemuan dimaksud adalah isu Poros Ketiga itu. Akibatnya, isu ini semakin menguat.

Belakangan ini, tidak sedikit orang yang melihat bahwa wacana ini penting. Tidak hanya sebagai pembelajaran politik. Tapi juga sebagai penerimaan aspirasi masyarakat terhadap upaya pembangunan bangsa. Pembangunan yang lebih berkeadilan. Pembangunan yang lebih terarah dan terprogram dengan baik. Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang adil dan makmur. Sebagaimana dicita-citakan para bapak pendiri bangsa terdahulu.

Bahkan saking pentingnya, sejumlah kalangan terus mendesak agar pembentukan Poros Ketiga itu segera dilakukan. Dalam hal ini, orang berharap banyak pada PD. Terutama pada sosok Ketua Umum PD, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebagai penentu dalam kebijakan partai berlambang bintang segitiga merah putih itu.  Hal ini antara lain diungkapkan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudin Haris.

“Kalau poros ketiga itu peluangnya adalah di kubu Pak SBY atau Partai Demokrat,” ujarnya dalam diskusi bertajuk ‘Pencalonan Pilpres 2019: Menantang Gagasan Anti Korupsi dan Demokrasi’ di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Selasa, 6 Maret silam.

Menurut dia, jika poros ketiga terbentuk, nantinya tak hanya menawarkan calon presiden alternatif, melainkan juga mencegah pembelahan sosial dan politik di masyarakat. Dia khawatir, jika tak hadir poros ketiga, pembelahan terjadi lantaran masyarakat hanya terbagi pada Jokowi dan Prabowo.

Lalu, siapa calon presiden alternatif yang dimaksud? Tentu siapa lagi, bila bicara calon alternatif, apalagi dari PD pula, kalau bukan Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pemilu Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Sejumlah pihak menilai, AHY bisa jadi kuda hitam dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang. Sosoknya yang masih muda, ganteng, berkepribadian dan memiliki kompetensi akan menarik perhatian pemilih, terutama pemilih muda. Mengingatkan orang akan sosok SBY pada Pemilu 2004.

Direktur Program Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Sirajudin Abbas belum lama ini mengingatkan, agar partai-partai peserta pemilu 2019 lebih fokus untuk mendapatkan suara para pemilih muda ini. Sebab, dari 196,5 juta calon pemilih pada pilpres 2019, 55 persennya adalah pemilih muda. Mereka ini diyakini akan lebih tertarik untuk menjatuhkan pilihannya kepada tokoh muda seperti AHY.

Patut dicatat, kemunculan AHY dalam safari politiknya ke berbagai daerah di Jawa Barat dan Jawa Timur belum lama ini telah mencuri perhatian masyarakat. Namanya mulai banyak disebut sebagai calon pemimpin bangsa potensial di masa depan. Pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Sholahuddin Wahid, bahkan menyatakan kekagumannya terhadap AHY, ketika putera sulung SBY itu bersilaturrahmi ke kediamannya di Jombang, Jawa Timur, 1 April lalu.

Gus Sholah, begitu adik Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid itu akrab disapa, mengatakan, “Partai Demokrat terasa berbeda dengan kehadiran Mas AHY. Seorang tokoh nasional yang berintegritas tinggi dan sosoknya berkharismatik. Kita butuh pemimpin seperti Mas AHY ini untuk membuat bangsa ini lebih baik.

No More Posts Available.

No more pages to load.