MACCANEWS– Penolakan masyarakat terhadap calon pemimpin yang pernah dipidana karena kasus korupsi, kian massif. Tak hanya lewat pernyataan-pernyataan langsung. Penolakan itu juga massif di sosial media lewat meme.
Kampanye anti pemimpin mantan koruptor lewat meme itu muncul dalam beberapa versi. Lengkap dengan captiop yang tegas menyatakan penolakan. “Kampung Anda Dipimpin oleh Seorang Mantan Narapidana Korupsi, Malu atau Bangga?” caption salah satu meme tersebut.
“Mantan Terpidana Korupsi Bukan Pemimpin Pilihan” dan “Stop Generasi Koruptor, Jangan Biarkan Koruptor Merajalela, Generasi Muda Anti Korupsi.” caption meme lainnya.
Calon kepala daerah yang memiliki rekam jejak sebagai eks koruptor memang diyakini sulit memenangkan pilkada di Indonesia. Pasalnya, masyarakat di Indonesia masih sulit menerima keberadaan koruptor sebagai pemimpin.
Apalagi kalau si kandidat pernah melakukan berulangkali dengan kasus yang berbeda.
“Dukungan pasti ada. Tapi jangan terlalu berharap banyak mau memenangkan pilkada. Kenapa? Koruptor itu punya stigma negatif di pemilih,” tutur Aktivis Forum Demokrasi Indonesia (FDI), Nugroho di Jakarta, Rabu (25/4/2018).
Eks aktivis reformasi 1998 ini mengurai, publik masih trauma dengan calon pemimpin yang pernah terjerat kasus pidana korupsi. Di tambah lagi, jika melakukannya berulang.
“Sepantasnya memang publik tidak memberikan tempat ke mereka yang pernah merampok uang rakyat. Jangan sampai diberi kesempatan penyakit lamanya muncul kembali,” terangnya.
Berdasarkan catatan FDI, di hampir semua pilkada yang diikuti kandidat yang pernah terjerat kasus korupsi, selalu takluk dari kandidat lain.
Diketahui, jelang pilkada serentak Juni 2018 mendatang, beberapa eks narapidana korupsi tercatat sebagai kontestan. Ada yang maju di pilkada kabupaten/kota, maupun di pilgub. (*)
