MACCANEWS- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ingin momentum peringatan Hari Buku Sedunia pada Senin (23/4/2018) menjadi semangat baru membudayakan membaca pada masyarakat. Selain itu, Indonesia juga perlu lebih banyak karya-karya tulis yang ramah anak.
“Hal ini penting karena kualitas peradaban bangsa ditentukan seberapa jauh kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Inilah kekayaan hakiki untuk menjadi bangsa yang besar dan ramah anak,” kata Ketua KPAI, Susanto dalam keterangan tertulis, Selasa (24/3/2018).
Susanto mengatakan, Indonesia merupakan bangsa berpenduduk cukup besar dan diperkirakan 270 juta. Namun, budaya membaca masyarakatnya masih lemah. Menurut studi Most Littered Nation In The World, minat baca masyarakat Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara.
“Kondisi budaya baca yang lemah, mempengaruhi budaya menulis masyarakat kita, termasuk menulis isu-isu anak. Padahal di era 4.0 meniscayakan pola artificial intelligence dan dikenal sebagai era disruptive innovation,” kata Susanto.
Era tersebut, kata Susanto, harus mengubah pola pikir dari mental konsumen, ke mental produsen. Ia menyarankan para penulis untuk mengunggah karya-karya tulisan termasuk e-book yang lebih banyak daripada mengunduh karya-karya pihak lain.
Ia menambahkan, isu anak harus menjadi perhatian di era distruptif. Apalagi trend anak-anak bangsa rentan menjadi korban dunia digital cukup tinggi bahkan awal tahun 2018, sejumlah kasus anak adiksi digital menjadi perhatian nasional.
“Sementara literasi digital yang sehat kepada anak masih lemah. Kondisi ini perlu menjadi perhatian semua pihak, termasuk para penulis agar concern mengangkat isu-isu terkini sebagai media edukasi publik,” ujar dia. (*)