Masjid Seribu Pintu

oleh
oleh
Masjid Seribu Pintu

MACCANEWS-  Puluhan anggota jamaah Majelis Taklim Nurul Amin dari Desa Palinggihan, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, memasuki sebuah lorong yang tingginya hanya sekitar 1,5 m. Bangunan itu adalah salah satu ruangan yang ada di dalam Masjid Nurul Yaqin, Tangerang.

Saking rendahnya lorong tersebut, semua anggota jamaah tersebut harus menundukkan kepala. Jika berdiri tegak, kepala mereka akan terantuk atap lorong tersebut. Selain rendah, lebar lorong masuk ini juga sangat sempit. Hanya cukup dilalui oleh satu orang.

Tak cuma itu, masjid ini terbilang cukup unik. Bila umumnya ruangan masjid harusnya penuh dengan cahaya penerangan, lorong tempat memasuki ruangan masjid ini sama sekali tak ada lampu atau penerangan. Hanya setitik cahaya dari lilin atau lainnya. Sangat gelap.

Agar tidak tersesat di dalam kegelapan, anggota jamaah harus memegang pundak rekan di depannya supaya tidak kehilangan arah. Sambil menunduk dan berpegangan.

Tak cuma satu, di dalam lorong ini masih banyak pintu lorong lainnya. Karena itu, bila tidak hati-hati, dapat dipastikan seseorang akan tersesat di dalamnya. Karena itulah, jamaah harus mengikuti arahan atau petunjuk dari pembimbing yang berada di depannya.

Setelah hampir setengah jam berputar-putar melewati pintu-pintu lorong di dalam ruangan tersebut, akhirnya tibalah jamaah di sebuah ruangan kosong yang bernama ruang tasbih. Ruangan tersebut luasnya mungkin hanya sekitar 5 x 5 meter. Seluruh jamaah diarahkan oleh sang pembimbing untuk duduk di atas lantai ruang tersebut.

Di dalam ruangan tasbih tersebut, terdapat sebuah lampu yang menyala. Namun, itu tak berlangsung lama. Ketika seluruh jamaah sudah duduk rapi, sang pembimbing segera mematikan lampu.

Lantas, sang pembimbing tersebut menerangkan maksud dari ruangan yang gelap dan banyak lorong tersebut. Menurut dia, semenjak dari awal masuk menuju ruangan tasbih tersebut adalah tamsilan atau perumpamaan bahwa jalan menuju cahaya atau kebahagiaan yang abadi di akhirat tidaklah mudah.

Seseorang harus memiliki sifat rendah hati dan tidak sombong seperti menunduk ketika berjalan di lorong-lorong yang ada. Selain itu, untuk menuju pada sebuah keadaan yang lebih baik, seseorang harus melewati berbagai macam rintangan, seperti yang telah dilakukan saat para jamaah harus bersusah payah melewati lorong-lorong yang gelap dan berliku-liku tersebut.

Setelah menerangkan arti dari lorong-lorong yang gelap dan berukuran sangat rendah tersebut, sang pembimbing lalu mengajak para anggota jamaah untuk bermuhasabah atau menginstrospeksi diri. Lalu, ditutup dengan doa.

Setelah kegiatan ini selesai, jamaah kembali diajak memasuki ruangan lainnya. Sama seperti ruangan tasbih, ruangan yang lain pun berukuran sangat rendah dan berkelok-kelok. Cukup banyak lorong yang harus dilalui. Demikian juga dengan ruangan lainnya. Setiap ruangan memiliki nama.  Seperti ruang Fathul Qarib, Tanbihul Ghafilin, Durratun Nashihin, Safinatun Naja, Fatimah, dan lainnya. Tiap-tiap ruangan tersebut memiliki luas sekitar 4 x 4 meter.

Ruangan yang disekat-sekat Inilah yang menjadi daya tarik sehingga membuat banyak pengunjung selalu penasaran untuk memasuki dan menyaksikannya dari dekat.

Ruangan tasbih merupakan salah satu dari dua ruangan utama yang ada di masjid ini.  Dari beberapa ruangan yang ada, ruang tasbih terbilang istimewa. Sebab, ruang inilah yang menjadi pintu masuk ke ruangan lainnya. Selain itu, untuk memasuki ruang tasbih, setiap pengunjung harus melewati lorong yang sangat gelap dan berbelok-belok serta berukuran sangat rendah.

Itulah sekilas gambaran bagian dalam dari bangunan yang disebut dengan Masjid Nurul Yakin atau lebih terkenal dengan julukan Masjid Seribu Pintu. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.