MACCANEWS-Anjloknya harga cengkeh puluhan tahun silam masih membekas di hati masyarakat Sulsel. Termasuk warga Kabupaten Soppeng.
Salah satunya adalah tokoh masyarakat di Desa Mario Rilau, Kecamatan Marioriwawo, Petta Juta. Saat ditemui Cakka di kediamannya, Kamis ( 12/04/2018), Petta Juta menceritakan pengalamannya puluhan tahun silam.
Saat masih muda, ia berangkat ke Luwu menanam Cengkeh di Desa Komba, Kecamatan Larompong. Awalnya, Petta Juta dan puluhan warga Soppeng lainnya di Luwu menikmati masa keemasan harga cengkeh yang tinggi.
Petaka tiba-tiba datang. Entah mengapa harga cengkeh anjlok menjadi sekitar 2 ribu perkilogram. Merasa tak punya harapan lagi, Petta Juta meninggalkan kebun cengkehnya.
“Kami sangat sedih dan masa itu membekas di hati kami. Kebun cengkeh terpaksa ditinggalkan. Tidak ada harapan lagi,” ungkapnya sedih.
Ia trauma dengan “perampok” kakap yang memainkan petani cengkeh, termasuk mengelabui dengan mempermainkan harga cengkeh. Ia pun berkomitmen tidak akan memberi tempat bagi koruptor yang merampas hak rakyat, terutama ke petani cengkeh saat itu.
Karena “dirampok”, dia pulang kampung ke Soppeng dan berusaha. Kini, Petta Juta sukses sebagai pengusaha kayu di kampungnya. ” Tentu kita semua tahu siapa dibalik anjloknya harga cengkeh,” katanya tanpa menyebut nama.
Dia mengaku sangat tahu kepemimpinan Cakka di Luwu. Sebagian besar warganya adalah petani coklat. ” Cakka punya perhatian lebih ke petani. Ini yang membuat saya mendukung IYL- Cakka. Insya Allah, jika beliau memimpin petani akan diperhatikan,” katanya.
Cakka mengaku dirinya memang tahu apa yang menjadi kebutuhan dasar petani yang mayoritas di Sulsel. ” Karena saya juga bertani dan punya kebun. Tentu petani menjadi salah satu yang menjadi perhatian,” paparnya.
Di Luwu kata dia sudah tak terhitung lagi alat pertanian dan bibit yang dibagikan kepada petani secara gratis. (*)