Salut! Tulisan Arif Saleh Tentang Pemilu Berkualitas

oleh
Salut! Tulisan Arif Saleh Tentang Pemilu Berkualitas

MACCANEWS– Memang beda. Kata ini, layak disematkan ke calon anggota DPRD Wajo Dapil I Kecamatan Tempe, M.Arif Saleh. Tak hanya sekadar kontestan semata, tapi punya tanggung jawab moral ikut menghadirkan pemilu yang berkualitas.

Caleg nomor urut 7 dari Partai Nasdem itu, menulis catatan ringan namun sarat makna tentang Wajo. Berikut tulisannya:

“Mammuare terpilihki Sappo.” Begitu ungkapan seorang sahabat kecil ketika bertemu di Cappabulue, Kecamatan Tempe, belum lama ini.

Harapan sekaligus doa itu disampaikan saat silaturahmi. Matanya berkaca-kaca. Tangannya sangat terasa memeluk penuh kehangatan. Ada kebahagiaan yang bercampur haru di malam yang diiringi rintik hujan.

Pelukan itu saya balas. Sangat erat. Lalu, saya mengajaknya berbincang sambil menyemangati. Tangannya saya pegang, lalu mendoakan semoga bisa bahagia dengan calon istrinya yang tinggal di wilayah itu. Canda dan tawa juga saya selipkan mengiri pertemuan itu.

Di rumah sederhana, tempat saya menjalin silaturahmi, juga bertatap muka dengan beberapa teman sekolah saya di SD. Termasuk orang tua atau tokoh masyarakat setempat yang saya kenali sejak masih kecil di kampung halaman di Surae.

Di malam itu, saya bersyukur bisa bersilaturahmi dengan mereka. Orang tua, sahabat, teman kecil, dan warga setempat begitu ramah menerima. Ia tak menempatkan saya sebagai calon anggota DPRD Wajo. Melainkan sebagai keluarga dan sekampungnya.

Saya pun menekankan, bahwa kedatangan saya, bukan untuk berkampanye sebagai caleg. Tapi datang sebagai anak, adik, sahabat dan sekampung. Datang merawat tali kekeluargaan.

Persoalan pilihan di Pemilu 2019, itu urusan belakang. Mereka ingin mendukung atau tidak, saya tak permasalahkan. Terpenting bagi saya, silaturahmi tak terputus hanya karena beda dukungan. Di era demokrasi, kita bebas menentukan pilihan. Bukan masanya lagi menekan, atau memaksa rakyat.

Meski di silaturahmi itu, ada tekad besar bersama berjuang di Pemilu. Tapi sekali lagi, urusan pilihan itu nomor 7. Utama adalah, memastikan kita tetap keluarga, saudara dan sekampung selamanya.

*******
Selama saya banyak menetap di Wajo pasca-memutuskan maju jadi caleg, ada banyak pelajaran sekaligus penyemangat bisa saya petik secara pribadi. Memang sebagian orang menyebut saya terlalu berani maju di “Dapil Neraka”, karena kontestannya banyak diisi oleh figur yang dipersepsikan kuat. Termasuk sejumlah wajah lama dan incumbent.

Tak salah anggapan itu. Mungkin menilai saya baru terjun sebagai caleg. Belum punya modal pengenalan dan basis. Mungkin juga ada yang berkesimpulan, caleg yang tak ada bagi-bagi “pos rondanya”, “lampu jalan”, ataukah yang berbentuk materi lain. Dan itu memang benar.

Tapi terlepas dari persepsi sebagian warga, saya justru semakin tertantang. Tertantang menghadirkan yang terbaik. Tertantang ikut berperan, bahwa tak selamanya pemilih dihargai dengan selembar atau dua lembar uang merah, apalagi sembako. Tertantang, meyakinkan warga memilih calon wakil rakyat yang punya kapasitas dan integritas memajukan Wajo.

Memang tak bisa dipungkiri, istilah “ada uang ada suara” menyebar dari mulut ke mulut. Tapi jangan menyimpulkan jika semua pemilih memakai standar itu. Apalagi menyebut kalau orang Wajo ‘mata duitan’ di pemilu. Ada banyak yang masih menggunakan nuraninya. Mengedepankan rasionalitasnya, serta mempertimbangkan rekam jejak calon.

Setidaknya itu yang saya temukan ketika bersilaturahmi dengan warga. Memang ada segelintir bicara soal uang. Namun jika kita mampu meyakinkan mereka dan menyentuh hatinya, maka percayalah uang atau sembako itu urusan belakang.

******
Meyakinkan pemilih memang bukan perkara yang mudah. Butuh waktu dan proses. Apalagi jika sebagian kontestan masih beranggapan jika suara rakyat itu mudah dibeli dengan uang. Beranggapan, bahwa kontestasi politik adalah panggung transaksional. Beranggapan, pemilih cukup diperhatikan dengan jangka pendek.

Seharusnya, siapapun oknum yang hanya menilai warga dengan uang semata mesti diberikan efek jera. Efek jera tidak memberikan kesempatan menjadi wakil rakyat. Efek jera mengasingkan mereka dari panggung politik. Termasuk memberikan efek jera ke oknum anggota dewan yang mempolitisasi untuk kepentingan pribadi anggara negara.

Dan yang bisa memberikan efek jera itu, tentu adalah rakyat, serta penyelenggara. Sebab jika tidak, kita jangan bermimpi punya wakil rakyat yang berintegritas di parlemen. Mereka bisa saja hanya memanfaatkan kita untuk kepentingan kelompok dan pribadinya jika kelak terpilih.

Memang kita butuh keberanian dan kesadaran melawan itu demi menghadirkan wakil rakyat yang berkualitas. Memang ada segelintir diantara kita sudah larut dengan iming-imingan uang, atau pertimbangan pragmatis. Tapi kita yang masih punya nurani, harus berani memutus mata rantai perusak tatanan berdemokrasi itu. Ini tentang generasi dan anak-cucu kita kelak.

Belum ada kata terlambat untuk itu. Kita masih punya waktu menyeleksi dengan baik siapa calon wakil rakyat kita yang layak diberikan amanah. Layak memperjuangkan aspirasi kita. Layak menjadi sahabat kita. Layak untuk ditempati berkeluh kesah, dan berdialog.

17 April 2019 mendatang, adalah saat yang tepat kita menghadirkan wakil rakyat yang benar-benar memahami keinginan rakyat. Bukan ‘wakil rakyat’ yang hanya ingin dilayani, atau hanya datang ketika punya kepentingan politik lagi.

*******
Saudaraku dan para orangtuaku, kita mesti bersepakat, bahwa kita orang Wajo punya nilai, siri’ dan harga diri. Harga diri tentang moralitas. Harga diri tak ingin digadaikan. Harga diri tak ingin dipandang sebelah mata. Harga diri, bahwa kita punya keluasaan menentukan pilihan sesuai nurani.

Kita harus buktikan bersama, di tanah Wajo yang menang adalah mereka yang mau mengabdi dengan tulus. Di Wajo yang menang adalah mereka yang benar-benar ingin memajukan daerah. Di Wajo yang menang adalah mereka yang sepenuh hati ingin berjuang dan mewakili aspirasi kita. Di Wajo yang menang adalah mereka yang mau mewakafkan hidupnya untuk masa depan generasi kita.

Melalui catatan ini, izinkan dan restui saya berjuang bersama kita. Berjuang mewujudkan harapan itu. Berjuang untuk kemajuan daerah kita. Berjuang untuk kesejahteraan dan masa depan anak-cucu kita. Berjuang mengawal pembangunan tanah kebanggaan kita, Wajo.

Sabtu, 17 November 2018.

Salam, MAS BRO (M.Arif Saleh Bersama Rakyat Wajo)

No More Posts Available.

No more pages to load.