Usia 8 Tahun, Rizal Ramli Sudah Yatim Piatu: Berkali-kali jadi Pejabat Tetap Hidup Sederhana

oleh
Usia 8 Tahun, Rizal Ramli Sudah Yatim Piatu: Berkali-kali jadi Pejabat Tetap Hidup Sederhana

Oleh: Arief Gunawan, Penulis adalah wartawan Senior

Tokoh nasional Dr Rizal Ramli yatim piatu sejak usia delapan tahun. Waktu tinggal di Bogor dalam asuhan sang nenek yang buta huruf hari-hari Rizal adalah keprihatinan, ia belajar dengan tekun, dan bekerja mengurus ternak ayam untuk membantu perekonomian sang nenek dengan membersihkan kandang dan mengolah pakan ternak. Saking terbiasa ia hafal berapa takaran pakan yang harus dicampur untuk ayam-ayam ternaknya supaya gemuk dan sehat.

Jadi pejabat dan menteri.

Waktu jadi Menko Maritim dan Sumber Daya kantornya adalah bekas ruang kerja BJ Habibie, Gedung BPPT di Jalan Thamrin. Bangunan lama yang dibikin awal tahun ‘70-an. Di ruang kerjanya tidak ada WC khusus sehingga harus bercampur dengan karyawan.

Dari empat lift yang ada saat itu hanya dua yang kondisinya masih lumayan. Kalau lift sedang ngadat Rizal naik lift barang yang letaknya berdekatan dengan tangga.

Rumah dinas Rizal sebagai Menko, di Jalan Widya Chandra V Nomor 24, diisi Rizal dengan foto keluarga dan lukisan milik pribadi yang umumnya pemberian para pelukis yang merupakan teman dekat. Seringkali apabila harus menyelesaikan pekerjaan hingga larut Rizal beli nasi bungkus untuk makan malam yang dia santap bersama sopir dan Satpam di rumah itu.

Semua itu tak jadi beban bagi Rizal yang memang terbiasa hidup mandiri sejak kecil. Di luar maupun di dalam kekuasaan Rizal Ramli sama saja: sederhana dan dekat dengan rakyat tanpa dibuat-buat. Suatu malam mobil dinas Rizal terhalang oleh sekitar seratusan orang yang berdesakan di pinggir jalan. Voorijder yang mengawal sang Menko berusaha menerobos, tetapi jalanan tak bisa dilewati. Ada apa? Dengan tenang Rizal turun dan minta sirine dimatikan.

Oh, rupanya sedang berlangsung pasar malam yang diselenggarakan oleh warga di sekitar kediaman Rizal di kawasan Jalan Bangka, Kemang. Dengan santainya Rizal memilih berjalan kaki mulai dari mulut gang menuju kediaman sambil menyapa dan menyalami secara akrab warga yang berkerumun. Jarak menuju rumah lumayan jauh, hampir satu kilo.

Setelah tak jadi Menko (Rizal Ramli telah berkali-kali jadi menteri dan pejabat) banyak rakyat minta selfie dan mendoakan Rizal dengan berbagai harapan. Suatu hari dalam kunjungan ke kota Tegal Rizal tergiur oleh martabak. Waktu tiba di Kota Bahari itu Rizal memilih nongkrong di depan gerobak martabak pinggir jalan, dan melahap martabak bersama beberapa tukang parkir dan warga sekitar sambil selfie secara bergantian.

Pagi buta Rizal harus kembali ke Jakarta dengan kereta. Di lobi penginapan ada serombongan turis berjumlah sekitar dua belas orang termasuk kanak-kanak dengan kopor yang sangat banyak. Mereka kebingungan karena tak ada kendaraan yang dapat membawa ke stasiun, sedangkan resepsionis yang bertugas adalah ABG yang tak bisa berbahasa Inggris dan masih ngantuk.

Beruntung sang bule menyapa Rizal. Rizal pun memberi bantuan dengan jadi ‘’penerjemah’’ antara resepsionis dan sang bule, bahkan ikut mencarikan mobil sampai ke halaman parkir penginapan.

Setelah mengantar ke stasiun sopir mobil yang ditumpangi Rizal diminta kembali ke penginapan untuk membantu rombongan turis yang kekurangan mobil tersebut. Waktu tiba di stasiun Gambir, Jakarta, Rizal dan rombongan turis yang ternyata dari Kanada itu kembali bertemu. Sang turis sangat berterimakasih, tapi dia tidak tahu yang menolongnya adalah tokoh penting dan berpengaruh di negeri ini…

Suatu hari pada medio Agustus 2015 Rizal Ramli dipanggil Presiden Jokowi untuk ketemu di sebuah tempat di Bogor. Rizal mendapat kabar bahwa ia akan diangkat jadi Menko Maritim menggantikan Indroyono Soesilo.

Menolak Jadi Menteri

Selama dalam perjalanan di dalam mobil terbersit keinginan untuk menolak jabatan tersebut, bahkan Rizal menulis sejumlah nama pada kertas untuk diajukannya kepada Presiden Jokowi sebagai nama-nama yang dianggap cocok untuk dijadikan Menko Maritim.

Alasannya sangat sederhana: Rizal merasa keahliannya adalah di bidang ekonomi bukan kemaritiman. Tiba di tempat pertemuan Jokowi menyatakan maksud. Dengan sangat sopan dan halus Rizal menolak sambil mengajukan nama-nama yang telah ditulisnya di perjalanan tadi.

Jokowi membutuhkan orang yang berani dan menguasai masalah. Berani dan menguasai masalah adalah dua hal yang sangat penting dan saling berkaitan. Kalau cuma berani tetapi tidak menguasai masalah itu preman namanya. Begitu pun sebaliknya, kalau hanya menguasai masalah tetapi tidak memiliki keberanian, maka itu angan-angan belaka. Jokowi menganggap Rizal Ramli memiliki kecerdasan untuk menguasai masalah dan keberanian memihak kepada kepentingan rakyat.

Singkat cerita, Presiden Jokowi membujuk Rizal bahwa yang memintanya jadi Menko Maritim bukan hanya Jokowi sebagai pribadi melainkan juga seluruh rakyat Indonesia yang menginginkan kehidupan yang lebih baik.

Rizal yang pada dasarnya seorang yang humanis dan berprasangka baik akhirnya menerima jabatan itu dengan bersalaman. Point penting dari pertemuan ini adalah: Rizal Ramli tidak pernah meminta jabatan. Adapun jabatan itu kemudian diterimanya semata-mata hanyalah untuk membantu Jokowi mewujudkan Tri Sakti, Revolusi Mental, dan Nawa Cita serta untuk membuktikan komitmen keberpihakan Rizal kepada rakyat negeri ini seperti telah banyak dibuktikannya.

Namun apa daya laksana ungkapan ‘’lain dulang lain kaki, lain orang lain hati’’, baru memasuki masa sebelas bulan menjadi Menko Maritim Rizal Ramli direshuffle oleh Jokowi, dalam suatu kejadian yang tidak disangka-sangka baik oleh Rizal Ramli sendiri maupun oleh masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat yang baru saja mulai merasakan terobosan kerja yang dilakukan oleh Rizal Ramli di bidang kemaritiman dan sumber daya.

Saat hadir sebagai narasumber ILC di Studio TV0ne, Hotel Borobudur, Selasa malam sekitar pukul 20.00 WIB, 26 Juli 2016, dengan tema “Berwenangkah Menko Menghentikan Reklamasi?”, Rizal Ramli pamit kepada host Karni Ilyas bahwa ia hanya bisa sekitar setengah jam saja tampil di acara talk show tersebut, karena harus segera ke istana dipanggil oleh Presiden Jokowi.

Banyak yang tidak menyangka bahwa itulah detik-detik terakhir Rizal Ramli menjadi Menko Maritim, karena yang kemudian terjadi di istana adalah “eksekusi” reshuffle yang dilakukan sendiri oleh Presiden Jokowi dengan dihadiri oleh Jusuf Kalla.

Rizal Ramli tidak diberikan kesempatan untuk bertanya kenapa dirinya direshuffle, meskipun selama menjadi Menko ia sangat loyal, memback up penuh, dan sayang kepada Jokowi sebagai sahabat, terutama dalam mewujudkan Tri Sakti, Revolusi Mental, dan Nawa Cita.

Namun Rizal bukan peminta-minta jabatan. Ia takzim dan menghormati keputusan itu sebagaimana layaknya seorang gentleman, seorang satria yang sejak awal memang tidak pernah minta-minta jabatan. Rizal pamit dan bersalaman. Malam itu ia marasa terbang tinggi dan ringan sebagaimana Rajawali yang menggenggam erat kebenaran yang hakiki. Tugasnya sebagai pejabat yang merupakan pelayan rakyat telah dirampungkannya secara terhormat dan mulia laksana seorang pendekar samurai yang berwibawa.

Kenapa Rizal Ramli direshuffle?

Jangan kita “sudah gaharu cendana pula” atau ibarat “kura-kura dalam perahu…” Sebabnya setidaknya ada tiga:

1. Karena adanya tekanan dari para taipan reklamasi yang kasih order supaya Rizal Ramli disingkirkan dari kabinet.

2. Adanya kepentingan Penguasa merangkap Pengusaha (Pengpeng) di lingkaran utama istana yang kepentingannya merasa terganggu, yaitu kepentingan dagang atau kepentingan bisnis mereka.

3. Banyak yang takut popularitasnya tersaingi oleh Rizal Ramli yang membuat banyak terobosan dan disukai rakyat karena keberpihakannya yang nyata kepada rakyat. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.